Jateng
Kamis, 29 September 2022 - 08:28 WIB

Menengok Gedung Sarekat Islam di Semarang yang Didirikan Tokoh Pendiri PKI

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gedung eks Sarekat Islam. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Bangunan tua itu masih berdiri kokoh di tengah permukiman warga Kampung Gendong Utara, Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Kamis (29/9/2022). Gedung yang saat ini telah terdaftar sebagai bagunan cagar budaya itu memiliki sejarah panjang dalam perjuangan bangsa Indonesia terutama keberadaan organisasi Sarekat Islam hingga terbentuknya Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Gedung eks Sarekat Islam atau yang kini dikenal sebagai Balai Muslimin itu dibangun oleh Semaoen, yang merupakan Ketua Umum Pertama PKI pada tahun 1919 dan selesai pada 1920. Gedung Sarekat Islam ini dibangun di atas tanah wakaf keturunan pribumi kaya di Semarang pada zaman kolonial, Taspirin.

Advertisement

Bangunan ini awalnya didirikan sebagai sekolah pada siang hari dan tempat rapat umum Sarekat Islam di malam hari. Gedung pernah menjadi lokasi perjuangan sejumlah tokoh nasional berhaluan kiri atau memilik paham sosialisme sepert Tan Malaka.

Gedung Sarekat Islam atau Balai Muslimin itu kondisinya kini pun cukup terawat jika dibandingkan 8 tahun silam, atau pada 2014 sebelum dilakukan renovasi. Kendati demikian, saat memasuki gedung tersebut tiap sudut terlihat lusuh dengan debu-debu yang menempel.

Advertisement

Gedung Sarekat Islam atau Balai Muslimin itu kondisinya kini pun cukup terawat jika dibandingkan 8 tahun silam, atau pada 2014 sebelum dilakukan renovasi. Kendati demikian, saat memasuki gedung tersebut tiap sudut terlihat lusuh dengan debu-debu yang menempel.

Namun, tiang-tiang kayu yang menopang bangunan itu terlihat masih kokoh, setelah dilakukan renovasi beberapa waktu lalu. Di tengah ruangan juga terdapat tulisan SI berwarna hitam pada lantai berukuran 2×2 meter yang menjadi penanda berdirinya bangunan tersebut.

Baca juga: Kisah Kiai Tartibi Asal Trucuk Klaten Dihabisi PKI hingga Terluka di Kepala

Advertisement

“Yang direnovasi itu atap sama plafon, tiang penyangga juga. Makanya saat ini jadi terawat, tiap Minggu pasti ada kegiatan, entah itu mengaji atau lainnya,” jelas Abidin saat dijumpai Solopos.com, Kamis.

Wakaf

Gedung Sarekat Islam atau Balai Muslimin di Kota Semarang. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Bergeser ke beberapa sudut, nampak sebagian peninggalan seperti mimbar pidato dan tiang bendera dari kayu jati asli masih tersisa di Gedung Balai Muslimin. Semua itu, tetap terjaga keasriannya meski waktu telah silih berganti.

“Saat ini gedung [SI] juga sudah diwakafkan ke Yayasan Balai Muslimin Indonesia (Yabami). Ke depan akan lebih dimanfaatkan lagi untuk masyarakat,” imbuh Abidin.

Advertisement

Baca juga: Jarang Diperhatikan, Museum Samanhoedi Solo Simpan Aset Berharga Lho

Terpisah, Ketua Yabami, A.M. Jumai, mengungkapkan saat ini gedung Balai Muslimin diwakafkan atau dirawat oleh tiga organisasi Islam yakni Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Sarekat Islam.

“Kita punya rancangan untuk mengembangkan gedung ini. Buat mengoptimalkan fungsi pusat kebudayaan, kajian, pekantoran, termasuk untuk pembinaan ekonomi,” beber Jumai.

Advertisement

Jumai pun berharap gedung yang menjadi cagar budaya itu kedepan bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. Tak hanya itu, ia berharap gedung itu turut menjasi bagian pembelajaran masa lalu bagi generasi mendatang.

“Sekarang dan masa mendatang, kita ingin anak-anak muda tidak lupa terhadap nilai sejarah, nilai perjuangan pada tokoh ulama dan panutan kita,” tutup dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif