SOLOPOS.COM - Tradisi Barikan asal Pati, Jawa Tengah (pati.kemenag.co.id)

Solopos.com, PATI — Kehadiran tahun baru hijriah biasanya disambut dengan tradisi unik dan menarik oleh warga di Tanah Air. Hal itu seperti tradisi barikan yang berada di Pati, Jateng.

Melansir dari laman jateng.kemenag.go.id, Senin (17/7/2023), biasanya tradisi ini dilakukan saat sore hari di tanggal 1 Sura dalam perhitungan penanggalan Jawa atau 1 Muharam di penanggalan Islam.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Nama barikan diambil dari bahasa Arab yang mempunyai arti barokah atau berkah. Tradisi barikan dimulai dengan berkumpulnya masyarakat di suatu wilayah, biasanya dukuh, di sebuah perempatan jalan desa. Lalu, mereka akan berjalan bersama berkeliling desa sembari menyalakan lilin.

Dalam kegiatan tersebut mereka juga akan membawa nasi urap lengkap dengan lauknya. Nasi urap merupakan sajian yang terbuat dari campuran sayuran rebus seperti bayam, kacang panjang, irisan wortel dan juga taoge. Aneka sayuran tersebut diaduk bersama dengan parutan kelapa yang telah dibumbui.

Selain nasi urap, masyarakat juga membawa bubur merah. Mereka juga menyiapkan gunungan yang berisi hasil bumi sebagai simbol berkat yang mengiringi kehidupan mereka.

Usai berjalan keliling desa, makanan yang dibawa oleh warga kemudian dikumpulkan dan ditata di sepanjang jalan dengan alas daun pisang untuk didoakan oleh pemangku adat. Doa yang dipanjatkan tak lain untuk memohon keberkahan di tahun yang baru.

Kendati merupakan tradisi lawas, masyarakat Pati masih melestarikan barikan setiap tahunnya. Selain memohon keberkahan hidup, masyarakat juga memanjatkan doa agar diberikan keselamatan dan kesehatan dalam menyongsong tahun baru.

Selain memanjatkan doa, kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama. Sebagaimana ditengok dari laman resmi Desa Sitirejo, Kabupaten Pati, meskipun kegiata barikan identik dengan tahun baru Islam, namun kemeriahan prosesi barikan ternyata diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda sekalipun.

Hal inilah yang membuat prosesi tradisi barikan juga mengandung makna agar masyarakat dapat semakin akrab dan memiliki rasa bersatu dan kebersamaan atau guyub. Mereka percaya bahwa kerukunan dapat membawa ketenteraman dan kedamaian.

Menariknya lagi, tradisi barikan juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Mulai dari seni tari, pertunjukan kolosal, sampai dengan pertunjukan wayang kulit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya