SOLOPOS.COM - Sejumlah umat Buddha peserta doa bersama Nyingma Monlam melakukan pradaksina berjalan mengelilingi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (1/6/2023). (Antara/Anis Efizudin)

Solopos.com, MAGELANG  — Catra Candi Borobudur saat ini tengah jadi perbincangan menyusul polemik rencana pemasangan kembali catra tersebut. Lantas, apakah catra Candi Borobudur itu sebenarnya dan mitos apa yang menyelimutinya?

Candi Borobudur hingga kini sebenarnya masih menyimpan misteri terkait siapakah pendirinya. Meski demikian, dilansir dari berbagai sumber, candi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 1991 itu didirikan oleh Dinasti Syailendra pada zaman Kerajaan Medang atau Mataram Kuno pada ke-8.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Menurut bukti-bukti sejarah, Candi Borobudur sempat ditinggalkan pada abad ke-10 seiring dipindahkannya pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur. Namun, keberadaan candi Buddha terbesar di dunia ini ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa, pada tahun 1814.

Pada tahun 1907 dan 1911, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda bernama Theodoor van Erp, memimpin pemugaran Candi Borobudur. Ia bahkan dengan teliti merekonstruksi catra atau payung batu susun tiga yang memahkotai puncak Borobudur. Kendati demikian, catra itu dicopot karena dianggap hanya sebuah rekaan dari Van Erp dan diragukan keasliannya.

Kini catra itu pun diusulkan untuk dipasang kembali. Usulan itu datang dari Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, atau Gus Yaqut, saat rapat koordinasi nasional pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) di Hotel Plataran Borobudur Jumat (21/7/2023).

Gus Yaqut berpendapat potensi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah umat Buddha di seluruh dunia sangat besar. Oleh karenanya, ia menilai jika Candi Borobudur ditata lebih baik, maka catra tersebut perlu kembali dipasang.

Untuk sekedar diketahui, catra adalah bagian atas stupa di lantai teratas Candi Borobudur. Bentuknya seperti payung, mirip penangkal petir. Saat ini catra tersebut disimpan di Museum Karmawibhangga Taman Wisata Candi Borobudur.

Dikutip dari laman Wikipedia, pemaknaan catra dalam filosofi Buddhisme dapat dirangkum menjadi tiga hal, yakni sebagai sebuah objek persembahan surgawi, sebagai pelindung dan juga sebagai penanda anggota keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya