SOLOPOS.COM - Petani durian saat memanen durian di Desa Brongkol, Kabupaten Semarang, Selasa (14/3/2023). (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Kabupaten Semarang selama ini memang dikenal sebagai salah satu daerah lumbung pertanian dan perkebunan di Jawa Tengah (Jateng). Salah satu hasil perkebunan dari Kabupaten Semarang yang cukup dikenal adalah buah durian yang banyak dihasilkan dari Dusun Gertas, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ada sekitar 104.187 kuintal buah durian yang dihasilkan dari Kabupaten Semarang sepanjang tahun 2022. Dari jumlah sebanyak itu, 44.456 kuintal atau sekitar 440.560 kg berasal dari Kecamatan Jambu.

Promosi Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Melambat tapi Prospektif

Nah, di Kecamatan Jambu ada satu desa yang menjadi sentra buah durian. Desa itu tak lain adalah Brongkol. Banyak pohon durian di Brongkol yang dulunya bukan karena sengaja ditanam, melainkan warisan dari orang tua terdahulu yang tumbuh dengan sendirinya.

Hal itu diungkapkan salah seorang warga Dusun Gertas, Desa Brongkol, Trimulyo. Dikatakan saat ini pohon durian yang ada di Dusun Gertas sendiri ada sekitar 10.000 pohon.

“Kalau total di wilayah Brongkol sini ada satu juta pohon. Uniknya setiap wilayah di sini memiliki ciri khas tersendiri. Ini pohonnya juga warisan orang tua terdahulu,” ungkap Tri kepada Solopos.com Selasa (14/3/2023).

Saat ini pohon durian di wilayah Dusun Gertas sudah berusia sekitar 40 – 60 tahun. Bahkan ada yang kemungkinan sudah berusia 100 tahun. Diameternya juga mencapai 1,5 meter. Pohon yang sudah tumbuh kokoh itu dimanfaatkan Tri dan petani lain dengan menggunakan teknik sambung pucuk dengan jenis durian yang lebih unggul.

“Pohonnya sudah besar itu durian lokal. Sekarang kita pakai teknik sambung pucuk dengan durian varietas yang lebih unggul seperti montong, bawor, dan duri hitam,” ujarnya.

Diakui menggunakan teknik itu bisa meningkatkan produktivitas durian di wilayah Brongkol. Selain itu dengan sambung pucuk dengan varietas yang unggul juga mampu meningkatkan harga jual.

“Ya hasilnya menggunakan teknik itu cukup lumayan ada peningkatan harga,” bebernya.

Satu Tahun

Tri menyebut warga sudah menggunakan teknik sambung pucuk sejak tujuh tahun yang lalu. Sehingga untuk menghasilkan durian jenis unggul tidak membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah.

“Punya saya itu sambung pucuk durian bawor satu tahun sudah bisa berbuah. Itu tergantung pada induknya. Rata-rata dua sampai tiga tahun baru bisa berbuah,” terangnya.

Hal itulah kata Tri, membuat jenis durian di Desa Brongkol sangat beragam. Terlebih saat musim panen daerah lain mulai habis, di wilayahnya masih ada.

“Di tempat lain ini mulai habis, tapi di sini masih ada beberapa. Karena tadi sambung pucuk dan pohonnya yang sudah berusia puluhan tahun,” ungkap dia.

Terpisah, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, mengaku dengan semakin banyaknya warga Kabupaten Semarang yang menanam durian. Pihaknya pun mendorong durian tidak hanya bisa dinikmati secara langsung.

“Tidak hanya dimakan utuh, begitu matang langsung di makan. Tapi bisa juga diolah jadi kolak durian, kripik durian, dan juga dibuat campuran kue, ada es krim durian. Inovasi-inovasi ini yang akan kami dorong,” terang Ngesti saat ditemui Solopos.com di acara Pesta Durian Mania di Tuntang, Kabupaten Semarang Minggu (12/3/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya