SOLOPOS.COM - Grup musik Saung Suara asal Salatiga saat pentas di Angkringan Mas Jenggot, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Sebagai warisan budaya leluhur Nusantara, musik etnik atau musik tradisional nyatanya masih memiliki ceruk di hati para penggemarnya.

Alunan musik yang dimainkan dari paduan kombinasi beberapa alat musik tradisional dengan nada-nada yang khas mampu membawa pendengarnya merasakan pengalaman menjelajah waktu di masa lampau.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Salah satunya yang dilakukan kelompok musik etnik bernama Saung Suara yang berasal dari Kota Salatiga. Grup musik yang bermarkas di Jalan Pramuka Nomor 29, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga ini digawangi empat orang.

Masing-masing Fajar Raditya, Hasan Ismail, Bambang Widiatmoko, dan Wiratmo Aminugroho. Mereka sudah memainkan musik etnik sejak tahun 2010.

Salah seorang anggota Saung Suara, Bambang Widiatmoko, mangaku sebenarnya kelompok musiknya itu tidak terbatas personelnya. Hal itu sesuai dengan penamaan grup musik tersebut.

“Saung kan rumah, suara itu bunyi. Jadi ini menjadi rumah dengan bermacam-macam bunyi yang jadi satu. Anggotanya juga terbuka, silakan kalau mau datang, main karena rumah itu kan sifatnya untuk keluarga,” terang Bambang kepada Solopos.com, Sabtu (11/3/2023).

Grup Saung Suara ini bukanlah seperti grup musik pada umumnya. Tetapi lebih kepada komunitas dengan anggota yang punya kegiatan dan latar belakang berbeda. Lalu disatukan dengan kegemaran yang sama, yakni musik etnik.

Walaupun jarang dikenal orang, Saung Suara pernah pentas dalam acara dunia di Filipina International Performance Art 2017. Bambang membeberkan, peserta dalam acara itu berasal dari Jepang, Indonesia, dan paling jauh dari Finlandia.

“Saung Suara jadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Respons penonton positif karena di sana kami tidak cuma main musik tapi juga workshop kebudayaan,” ungkap dia.

Bahkan Bambang dan crew Saung Suara berkeliling ke empat kota kecil atau semacam kabupaten di Filipina. Salain itu, juga workshop di beberapa kampus di wilayah Filipina bagian utara.

“Peserta workshop sendiri mulai anak SMA, perguruan tinggi, masyarakat umum. Jadi tidak cuma penikmat musik,” bebernya.

Diakui, pada mulanya grup Saung Suara hanya kumpulan para pecinta dan pemusik tradisional. Hanya berkumpul kemudian bersama-sama bermain beragam alat musik tradisional.

Grup yang sudah 13 tahun berdiri itu pertama kali manggung dalam acara Bukan Musik Biasa di Solo. Ketika itu respons penonton cukup baik.

Setelah itu Saung Suara semakin memiliki kepercayaan diri dan tampil di beberapa kota di Indonesia. Hal itu seperti di Kartasura, Malang di Dawai Nusantara, Bandung Art Festival.

“Kami pernah paling jauh di Pekanbaru tahun 2015. Itu tur ke sana naik bus. Waktu di Pekanbaru itu penontonnya dari luar negeri juga ada,” ungkap Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya