SOLOPOS.COM - Kesenian Jam Janeng Kebumen. (Istimewa/kedungwaru.kec-karangsambung.kebumenkab.go.id)

Solopos.com, KEBUMEN — Jam janeng merupakan salah satu kesenian tradisional yang berkembang di beberapa daerah di Kabupaten Kebumen. Awalnya, kesenian ini ditampilkan untuk kebutuhan religi sebagai sarana penyebaran agama Islam di Kebumen.

Namun seiring berjalannya waktu, di Desa Karangsambung, jam janeng difungsikan menjadi hiburan masyarakat tanpa menghilangkan nilai-nilai religius yang terkandung di dalamnya. Sebagian besar lagu-lagu yang dibawakan adalah doa, selawat, dan beberapa lagu yang mempunyai pesan agar umat manusia senantiasa berbuat kebaikan.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Dilansir dari disparbud.kebumenkab.go.id, kesenian jam janeng bermula sejak zaman Kerajaan Demak pada sekitar abad ke-7 sampai masa sekarang. Pada masa sekarang, kesenian jam janeng ini lebih bertujuan untuk melekatkan tali silaturahmi antarmasyarakat karena dalam pertunjukannya melibatkan banyak pemain.

Musik tradisi ini kini biasa ditampilkan saat upacara perkawinan, khitanan, bahkan acara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pemain dalam satu grup kesenian jam janeng biasanya terdiri dari 15-20 orang. Sebanyak 5 orang sebagai penabuh alat musik atau waranggana, 2 orang sebagai dalang, dan sisanya bertugas menyanyikan syair secara bergantian ataupun bersamaan.

Kesenian ini bisa dimainkan kapan saja menyesuaikan waktu acaranya. Lantaran sebagai sarana dakwah Islam, musiknya pun juga bertemakan Islami. Ada dua jenis lagu yang ditampilkan dalam kesenian jam janeng.

Pertama adalah lagu wajib, yaitu syair yang berisikan puji-pujian kepada Allah SWT ataupun berisi tentang petuah-petuah hidup yang menyangkut tentang agama Islam. Kedua adalah lagu blederan, lagu yang lebih bersifat menghibur dan ringan.

Karakteristik instrumen alat musik dalam jam janeng umumnya dimainkan dengan cara dipukul. Instrumen tersebut terbuat dari jenis kayu glugu (pohon kelapa) dan menggunakan kulit kambing sebagai membrannya.

Salah satu tokoh yang berperan terhadap perkembangan kesenian ini adalah Syekh Zamzani, tokoh perintis kesenian jam janeng sebagai dakwah agama Islam.
Nama jam janeng juga terinspirasi dari tokoh tersebut. Diambil dari pelafalan kata Zamzani oleh lidah orang Jawa yaitu jam janeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya