SOLOPOS.COM - Patung Gagak Rimang Cepu, Blora. (Istimewa/Facebook Radio GPN FM Blora)

Solopos.com, BLORA — Ketika pergi ke Kota Cepu, Blora, Anda mungkin akan melewati Monumen Arjuna Wiwaha yang berada di kawasan Taman Tuk Buntung. Faktanya monumen tersebut dulunya merupakan bekas patung Monumen Kuda Gagak Riman atau biasa disebut dengan Monumen Ronggolawe.

Namun, setelah adanya program penataan Kota Cepu dengan merenovasi semua fasilitas publik dan taman. Patung tersebut turut diganti dan dibangun bersamaan renovasi Taman Tuk Buntung namun tetap mempertahankan eksistensinya sebagai ikon Kota Cepu.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Selain menggambarkan filosofi keindahan, sejarah monumen ini tak lepas dari cerita Arya Penangsang yang menemukan kuda hitam saat berkeliling memeriksa daerah kekuasaannya.

Dilansir dari buku Cerita Rakyat Jawa Tengah Kabupaten Blora, konon asal-usul kuda Gagak Rimang adalah kuda milik Riman. Kuda tersebut menghilang pada saat Riman bertarung untuk memperebutkan Rara Swari.

Di tengah pertarungannya kuda kendaraan Riman ini melarikan diri dan tidak ada yang mengetahui keberadaannya sampai Riman meninggal.

Pada suatu saat, Arya Penangsang, Adipati Jipang Panola sedang memikirkan keadaan daerahnya yang di bagian utara. Beliau kemudian mengadakan perjalanan untuk memeriksa daerah kekuasaannya dan ditemani oleh patih Metaun.

Sampailah ia di suatu tempat yang banyak ditumbuhi rumput segar dan nampak seekor kuda hitam yang mulus pancal panggung sedang berlari mendekatinya. Anehnya, kuda tersebut seketika jinak di depan Arya Penangsang. Arya Penangsang merasa tertarik kepada kuda tersebut dan bermaksud ingin memilikinya.

Untuk mencari sang pemilik kuda, Arya Penangsang berjalan ke arah timur. Akhirnya, beliau sampai di tempat yang sebelumnya Riman bertarung.

Melihat Arya Penangsang menunggangi kuda yang ia temui tadi, Soreng Pati, Ayah Riman marah dan menganggapnya telah merampas kuda milik Riman. Kemudian Soreng Pati bersama gerombolannya berniat akan mencelakai Arya Penangsang.

Akan tetapi, kekuatan mereka tiba-tiba sirna begitu tubuh mereka jatuh terduduk seakan-akan ada kekuatan gaib yang memaksa mereka untuk duduk menghormat. Mereka pun tetap duduk dengan mata menatap tajam pada Arya Penangsang.

Kemudian, Arya Penangsang menanyakan apakah mereka tahu siapa pemilik kuda hitam yang ditungganginya itu. Lalu mereka serentak menjawab “Riman”.

Begitu mendengar jawaban tersebut, Arya Penangsang kemudian memberi nama kuda yang ditungganginya dengan sebutan “Gagak Riman” karena kuda tersebut berbulu hitam mulus laksana burung gagak dan pemiliknya bernama “Riman”.

Dalam perkembangan selanjutnya, nama “Gagak Riman” sering juga disebut “Gagak Rimang”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya