SOLOPOS.COM - Ilustrasi Masjid Agung Nur Sulaiman di Banyumas. (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/masjid-agung-nur-sulaiman-banyumas/)

Solopos.com, BANYUMAS — Berada di sebelah barat Alun-alun Kabupaten Banyumas, Masjid Agung Nur Sulaiman merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Menurut Babad Banyumas oleh Oemarmadi dan Poerbosewojo, masjid ini dibangun setelah Balai Si Panji, atau Pendapa Kabupaten Banyumas dibangun pada tahun 1743.

Banyak ahli sejarah menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755 pada akhir pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II yang mendirikan Pendapa Si Panji. Awalnya masjid ini dikenal dengan nama Masjid Agung Banyumas yang kemudian berganti nama menjadi Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas pada tahun 1992.

Promosi BRI Taipei Berikan Layanan Penyetoran PNBP Langsung ke Kas Negara

Bangunan ini masuk dalam daftar cagar budaya karena merupakan peninggalan sejarah ketika ibu kota daerah masih di Banyumas atau sebelum dipindahkan ke Purwokerto. Menurut beberapa sumber, Juru Pelihara Masjid Agung Nur Sulaiman BP3 Jateng, Djoni Muhammad Farid, nama Masjid Nur Sulaiman berasal dari nama dua tokoh yang membangun masjid ini. Kedua tokoh tersebut adalah arsitek Kyai Nur Daiman I dan penyiar agama yang berdakwah di Masjid Agung, Kyai Nur Sulaiman.

Bangunan masjid ini memiliki ciri khas Banyumas yaitu berupa atap limasan. Mulanya, arsitektur atapnya terbuat dari anyaman daun tebu dan ubinnya terbuat dari semen. Lantai masjid yang semula semen semua diganti dengan tegel pada tahun 1929.

Sedangkan atapnya diganti menggunakan seng bergelombang karena anyaman tersebut sulit didapatkan dan tidak tahan lama. Tetapi tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali atap bangunan masjid itu diganti dengan seng.

Hingga saat ini, bangunan masjid tersebut umumnya masih terjaga keasliannya tanpa hiasan atau ornamen baru. Arsitektur utama masjid masih didominasi oleh kayu jati. Bentuk atap Masjid Nur Sulaiman yang tumpang bersusun merupakan ciri khas Indonesia yang banyak digunakan di berbagai tempat ibadah sebelum masuknya Islam di Pulau Jawa. Selain itu, akses masuk menuju serambi masjid pada sisi Utara dan Selatan berbentuk lengkung dengan sebuah jendela di antaranya. Sementara bagian depan masjid yang menghadap ke Timur terbuka tanpa penutup. Kemudian bagian menara menempel pada dinding yang berada di sisi sebelah kanan.

Masjid ini juga memiliki keunikan yang terletak pada atap mihrab yang terpisah dengan atap bangunan utama. Umumnya, atap mihrab menjadi satu dengan bangunan utama, namun ruang mihrab di masjid ini memiliki atap sendiri. Di bagian atas atap bangunan utama maupun mihrab masjid juga terdapat mustaka atau kepala yang berbentuk gada.

Seiring berjalannya waktu, bangunan Masjid Agung Nur Sulaiman terus diperbaiki. Meski demikian, masjid bersejarah ini tetap mempertahankan bentuk dan dekorasi aslinya yang masih bisa dilihat hingga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya