SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertunjukan dalam tradisi megengan di Kabupaten Demak. (pariwisata.demakkab.go.id)

Solopos.com, DEMAK — Masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) memang dikenal memiliki banyak tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini, termasuk dalam menyambut bulan suci Ramadan atau puasa. Tak terkecuali di Kabupaten Demak, yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam menyambut bulan puasa dengan sebuah kegiatan yang disebut sebagai tradisi megengan.

Menyambut bulan puasa, masyarakat di berbagai daerah di Jateng memang memiliki tradisi yang berbeda-beda. Sebut saja Dugderan, yang menjadi tradisi warga Semarang untuk menyambut bulan puasa atau masyarakat Kabupaten Kudus dengan tradisi Dandangan.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Pun demikian, dengan masyarakat di Kabupaten Demak. Setiap kali menyambut bulan suci Ramadan atau bulan puasa, masyarakat Demak selalu menggelar tradisi Megengan.

Dilansir dari laman warisanbudaya.kemendikbud.go.id, tradisi Megengan ini sudah masuk dalam daftar warisan budaya tak benda atau WBTB dari Kabupaten Demak. Megengan merupakan tradisi yang digelar untuk menyambut datangnya bulan puasa.

Megengan berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Tradisi ini pun digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadan, bulan di mana seluruh umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa.

Dikutip dari laman pariwisata.demakkab.go.id, Dinas Pariwisata Kabupaten Demak secara rutin menyelenggarakan megengan setiap tahunnya. Meski demikian, acara ini sempat terhenti selama dua tahun, yakni dari 2020-2021 menyusul adanya pandemi Covid-19.

Tradisi Megengan ini biasanya digelar di Alun-alun Kabupaten Demak. Bupati Demak setelah membuka kegiatan megengan akan melanjutkan berwisata kuliner. Wisata kuliner berada di sepanjang Jalan Pecinan hingga menuju Pasar Bintoro. Para pedagang akan menyajikan makanan khas Kabupaten Demak seperti krocohan atau lontong sate keong, lontong lodeh, nasi ndoreng, pecel bakwan, beer pletog, dan setup pisang.

Menariknya dalam tradisi megengan ini berbagai makanan akan dijual oleh pedagang dadakan. Pedagang dadakan merupakan pedagang yang sebelumnya tidak pernah membuka warung, maupun berjualan makanan, namun saat tradisi megengan mereka berjualan di sekitar alun-alun.

Mereka akan menjajakan masakan dengan menu-menu khas yang jarang dijumpai di hari-hari biasa. Warga yang menjadi pedagang dadakan itu mengaku hal itu dilakukan bukan semata-mata mencari uang, tapi hanya untuk memeriahkan tradisi megengan, yakni tradisi menyambut Ramadan di Demak.

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Demak, tradisi megengan tahun 2023 akan digelar pada 21 atau 22 Maret 2023. Meski demikian, jadwal itu masih bisa berubah tergantung dengan keputusan Kementerian Agama dalam menetapkan awal bulan puasa atau Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya