SOLOPOS.COM - Potret Nh. Dini. (Istimewa/Twitter @potretlawas)

Solopos.com, SEMARANG — Di balik karya sastra Indonesia yang menawan, terdapat sosok wanita tangguh yang menarik untuk dikenali. Ia adalah Nurhayati Sri Hardini atau yang kerap disapa Nh. Dini.

Lahir pada 29 Februari 1936 di Kota Semarang, Nh. Dini merupakan anak bungsu dari Saljowidjojo dan Kusaminah. Meskipun lebih populer sebagai seorang novelis, Nh. Dini telah menciptakan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia sastra Indonesia.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku, ia telah mengilhami banyak penulis dan pembaca dengan cerita-cerita mengenai cinta, kebebasan, serta kehidupan perempuan.

Masa kecil Nh. Dini berlangsung di kota kecil di Jawa Tengah, tempat ia menemukan cinta pada kata-kata. Di usia belianya, ia telah menunjukkan bakat luar biasa dalam menulis melalui penggambaran dari keindahan katanya.

Dilansir dari laman website ditsmp.kemdikbud.go.id pada Senin (24/7/2023), pada masa itu, tulisannya yang berjudul Merdeka dan Merah Putih membuat Sang Ayah harus berurusan oleh Belanda karena dinilai berpotensi membahayakan Belanda.

Namun, setelah mengetahui bahwa tulisan tersebut merupakan karya Nh. Dini kecil, permasalahan tersebut berakhir tanpa konflik.

Dipinang oleh seolah diplomat Prancis pada tahun 1960, Nh. Dini melanglang buana mengikuti sang suamai, Yves Coffin sebelum pada akhirnya mereka menetap di Prancis.

Namun, setelah mengarungi bahtera rumah tangga puluhan tahun, Nh. Dini berpisah dengan Yves Coffin dan kembali ke Tanah Air dan melanjutkan kepenulisannya.

Dilansir dari laman website badanbahasa.kemdikbud.go.id, selepasnya memutuskan menjadi warga negara Indonesia kembali, Nh. Dini mendirikan taman bacaan anak-anak yang diberi nama Pondok Baca.

Berkat perjalanan hidupnya mendampingi suaminya yang berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya, Nh. Dini menuangkan buah pikirannya dalam berbagai tulisan yang berlatarkan negara-negara yang pernah Ia singgahi.

Dari situlah lahir beragam buah karyanya yang disalurkan dalam bentuk puisi, kumpulan cerita pendek, maupun novel, seperti:

1. Bagi Seorang jang Menerima.

2. Penggalan.

3. Kematian.

4. Dua Dunia.

5. Di Pondok Salju.

6. Segi dan Garis.

7. Pada Sebuah Kapal.

8. Namaku Hiroko.

9. Pertemuan Dua Hati.

10. Padang Ilalang di Belakang Rumah.

Dan masih banyak lagi karya Nh. Dini yang mewarnai dunia kepenulisan. Berkat kesungguhan dan bakatnya, Ia menerima banyak penghargaan, seperti Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991).

Selanjutnya, SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Penghargaan Sepanjang Masa atau Lifetime Achievement Award dalam malam pembukaan Ubud Writers and Readers Festival 2017.

Nh. Dini menghembuskan napas terakhirnya pada 2018. Ia meninggalkan karya terakhirnya yang berjudul Gunung Ungaran. Hingga saat ini, karya-karya Nh. Dini terus menginspirasi para penulis dan pembaca di seluruh Indonesia.



Meskipun telah tiada, warisannya tetap hidup dan kehadirannya di dunia sastra takkan pernah pudar. Ia bukan hanya seorang penulis hebat Indonesia, tetapi juga ikon inspiratif yang membuktikan bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya