SOLOPOS.COM - Prasasti Plumpungan Salatiga. (Istimewa/pameranbersama.ranggawarsitamuseum.id)

Solopos.com, SALATIGA — Asal-usul lahirnya Kota Salatiga tercantum di dalam sebuah prasasti yang dinamai dengan Prasasti Plumpungan. Prasasti ini berwujud sebuah batu besar yang terbuat dari andesit dengan dimensi ukuran panjang 170 sentimeter, lebar 160 sentimeter, serta garis lingkar 5 meter.

Prasasti Plumpungan atau yang disebut juga sebagai prasasti Hampran ini ditemukan di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Ditulis dalam bahasa Jawa kuno oleh seorang Citraleka atau yang sekarang ini dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga bersama para pendeta atau resi. Ini isi tulisan dari Prasasti Plumpungan:

Berikut isi Prasasti Plumpungan

1. //SRÎR = ASTU SWASTI PRAJABHYAH ŠAKAK?L?T?TA 672/4/31..(..).

2. MADDY?HAM //0//.

3. //DHARMM?RTHAM KSETRADANAM YAD: UDAYAJANANAM YO DAD?T?S?BHAKTYA.

4. HAMPRAGR?MAM TRIGR?MY?MAHITAM = ANUMATAM S?DDADEWY?ŠCA TASY?H.

5. KOS?MR?GR?WELAKH?K SARAWIDHITAM PR?NTAS?M?WIDH?NAM.

6. TASYAITAD = BH?NUN?MNO BHUWI BHAWATU YAŠO JIWITAMCAIWA NITYAM.

Prasasti Plumpungan Salatiga
Detail tulisan Jawa kuno pada Prasasti Plumpungan Salatiga. (Istimewa/Tri Wahyu Prasetryo pada Instagram @natgeoindonesia)

Alih aksara:

1. Semoga bahagia (selamatlah rakyat sekalian). Tahun saka-telah bejalan 672//4/31 (24 Juli 750 M) pada hari Jumat.

2. Tengah hari.

3. Dari Beliau, dari agama untuk kebangkitan kepada Yang Maha Tinggi telah menganugerahkan sebidang tanah atau taman, agar memberikan kebahagiaan kepada mereka.

4. Yaitu Desa Hampra yang terletak di wilayah Trigram Yama (salatiga) dengan persetujuan dari Siddhadewi (Sang Dewi yang sempurna atau mendiang) berupa daerah bebas pajak atau perdikan.

5. Ditetapkan dengan tulisan atau prasasti yang ditulis menggunakan ujung mempelam.

6. Dari Beliau yang bernama Bhanu (dari mereka) dengan bangunan suci atau candi ini selalu merupakan hidup abadi.

Dilansir dari laman visitjawatengah.jatengprov.go.id pada Selasa (18/7/2023), Prasasti ini memuat ketetapan hukum mengenai pemberian status tanah perdikan oleh raja.

Di mana, pada masa itu merupakan hal yang istimewa karena tidak setiap daerah kekuasaan mendapatkannya.Daerah tersebut dikenal sebagai Hampra yang saat ini dikenal sebagai Salatiga.

Dr. J. G. de Casparis, seorang sejarahwan dan pakar epigrafia melakukan transliterasi isi prasasti tersebut yang kemudian disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka.

Diperkirakan Prasasti Plumpungan dibuat pada Jumat, 24 Juli 750 masehi. Maka dari itu ditetapkanlah Hari Jadi Kota Salatiga jatuh pada tanggal 24 Juli yang termuat dalam Peraturan daerah No. 15 tahun 1995.

Dilansir dari laman nationalgeographic.grid.id, Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, mengartikan ‘Siddhadewi’ sebagai nama lain dari Dewi Trisala. Terdapat kemungkinan citra bakal nama Salatiga merujuk pada sebutan daerah yang pada saat itu masyarakatnya taat memuja Dewi Trisala.

Seiring waktu berjalan, dalam etimologi bahasa berubah menjadi ‘Sala Tri’ yang kemudian dikenal sebagai Salatiga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya