SOLOPOS.COM - Masyarakat kawasan Gunung Merbabu menjalani tradisi Sungkem Tlompak di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (15/4/2024). (Solopos.com-Antara/Hari Atmoko)

Solopos.com, MAGELANG — Masyarakat Jawa Tengah (Jateng) memiliki banyak tradisi yang digelar saat momen Lebaran, tak terkecuali yang hidup di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Setiap H+5 Lebaran, masyarakat di kawasan tersebut menggelar sebuah tradisi yang diberi nama Sungkem Tlompak.

Tradisi Sungkem Tlompak digelar warga Dusun Keditan, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari sumber air Tlompak, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Senin (15/4/2024). Dalam tradisi ini, puluhan warga Dusun Keditan mengenakan pakaian kesenian tarian Keprajuritan atau Campur Bawur Lombok Abang.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Tradisi ini pun disambut dengan meriah oleh warga. Baahkan, banyak warga yang memeriahkan tradisi ini dengan menggelar lapak dagangan berupa aneka makanan dan mainan. Selain itu, warga juga menggelar acara halalbihalal yang menandai pertemuan antarwarga dusun di kawaasan itu.

Setelah itu, tradisi diwarnai dengan masyarakat yang berjalan kaki menuju sumber air Tlompak, yang berjarak sekitar 300 meter dari Dusun Gejayan. Di sumber air itu, mereka meletakkan sesaji berupa hasil bumi, berdoa, membakar kemenyan, menabur bunga, dan mengambil air dari sumber air dengan menggunakan botol air. Air itu pun digunakan untuk membasuh tangan, kaki, hingga wajah.

Tradisi Sungkem Tlompak di Pakis, Magelang, ini juga diiringi tarian Keprajuritan dengan tabuhan perangkat gamelan dan jedor. Tak hanya itu, warga juga menyajikan pementasan ketropak dalam acara tradisi tersebut.

Filosofi

Peneliti kebudayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Novita Siswayanti, mengatakan tradisi Sungkem Tlompak di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, itu digelar atas dasar filosofi kehidupan masyarakat sekitar, hubungannya dengan tuhan, dan lingkungan sekitar.

“Tradisi ini dilaksanakan atas dasar filosofis kehidupan mereka, hubungan mereka dengan Tuhan, mereka dengan sekitarnya, dan hubungan mereka dengan alam,” ujarnya dikutip dari laman berita Antara, Senin.

Melalui tradisi seperti itu, ucap dia, sesungguhnya kalangan orang tua juga sedang mengajarkan kepada generasi muda tentang nilai-nilai kebaikan kehidupan yang saling berkaitan, termasuk berhubungan dengan pelestarian lingkungan alam.

Ia mencontohkan tentang lokasi utama tradisi Sungkem Tlompak di mata air kawasan itu, yang mengajarkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya air sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk.

“Makhluk hidup pasti bergantung kepada air. Itu sumber kehidupan setiap makhluk. Tradisi ini juga wujud syukur kita terhadap air, lingkungan. Kita menjaga kelestarian air dan lingkungannya supaya tetap jernih, bening, mengalir memberikan kehidupan kita, sehingga dijaga agar tidak tercemar, rusak, dan ada kotoran,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya