Jateng
Kamis, 9 Maret 2023 - 18:05 WIB

Mengenal Tradisi Dandangan, Peninggalan Sunan Kudus untuk Penanda Awal Puasa

Dela Annisa  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tradisi dandangan di Kabupaten Kudus, Jateng. (Dok. JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)

Solopos.com, KUDUS — Masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), memang dikenal warga yang menjaga tradisi leluhur. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tradisi warisan leluhur yang masih terjaga dan digelar secara rutin di Kudus, salah satunya adalah tradisi dandangan.

Tradisi dandangan merupakan tradisi yang rutin dilakukan setiap tahun. Saat perayaan tradisi ini, hampir seluruh masyarakat beragama Islam di Kudus berkumpul di Masjid Menara Kudus.

Advertisement

Tradisi dandangan merupakan festival yang diadakan sebagai penanda untuk menyambut awal bulan Ramadan di Kabupaten Kudus. Tradisi ini dilakukan dengan menabuh bedug yang ada di Masjid Menara Kudus untuk menandai awal bulan Puasa atau Ramadan. Kata dandangan diciptakan dari bunyi bedug khas di Masjid Menara Kudus. Resonansi bedug menghasilkan suara yang nyaring dengan bunyi “dang”.

Pada awalnya, Dandangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan. Mereka berkumpul untuk menunggu Sunan Kudus mengumumkan awal bulan Ramadan atau awal menjalankan ibadah puasa.

Seiring berjalannya waktu, momentum ini juga dimanfaatkan oleh para pedagang yang berjualan di sekitar masjid. Saat ini tradisi dandangan juga dikenal masyarakat di Kudus sebagai pasar malam yang diadakan setiap menjelang Ramadan.

Advertisement

Pada abad ke-16, tanda pertama dimulainya Ramadan diumumkan langsung oleh Sunan Kudus. Sunan Kudus adalah seorang ahli ilmu falak yang dapat menghitung hari dan bulan dalam penanggalan Hijriah. Ramadan diumumkan terlebih dahulu dengan menabuh bedug di dua waktu di pelataran masjid Menara Kudus. Tabuhan bedug pertama adalah untuk mengumpulkan masyarakat. Sedangkan pemukulan bedug di waktu kedua ditujukan untuk memutuskan sekaligus membuka awal Ramadhan setelah salat Isya.

Lamanya waktu untuk menunggu orang datang ke Masjid Menara Kudus, dalam setiap tradisi dandangan ini kemudian dimanfaatkan warga dengan menjual makanan tradisional siap saji. Tradisi dandangan juga menampilkan kirab dandangan yang merepresentasikan budaya di Kota Kudus. Kirab dilakukan dengan mengitari alun-alun kota sejauh satu kilometer dengan berjalan kaki.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif