SOLOPOS.COM - Tangkapan layar unggahan di Facebook terkait berita di Koran Pemandangan yang menayangkan peristiwa sejarah di Kaligawe, Semarang, pada tahun 1935. (Facebook - Johanes Christiono)

Solopos.com, SEMARANG Sejarah sebagai peristiwa memang terkadang selalu diidentikan dengan orang besar dan perang. Padahal sejarah tidak hanya milik orang besar, orang kecil atau rakyat jelatapun seharusnya berhak menjadi aktor sejarah. Seperti peristiwa sejarah Kaligawe di Semarang yang dimuat dalam koran Pemandangan terbitan tahun 1935 dan menjadi koleksi perpustakaan nasional.

Kaligawe berasal dari kata Kali yang dalam bahasa jawa berarti sungai dan Gawe yang berarti dibuat. Kaligawe merupakan sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kaligawe merupakan salah satu kelurahan di Semarang yang sering dilanda banjir rob karena lokasinya yang berdekatan dengan laut.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Peristiwa sejarah di Kaligawe, Semarang, yang jarang diketahui banyak orang terjadi pada tahun 1935. Kala itu, peristiwa kerusuhan di wilayah tersebut muncul pada 4 Februari 1935, yang melibatkan tukang gerobag dan aparat keamanan.

Dilansir dari kanal youtube J Christiono, peristiwa yang dikenang sebagai Peristiwa Geger Kaligawe ini dilatarbelakangi penolakan para tukang gerobak atas pajak yang diterapkan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kala itu, pemerintah Hindia-Belanda menerapkan pajak terhadap gerobak-gerobak yang masuk ke Kota Semarang.

Pengemudi gerobak asal Genuk, yang saat itu masuk wilayah Demak, melawan ketika ditarik pajak di pos polisi batas Semarang dengan Demak. Pos tersebut saat ini diperkirakan berada di pertigaan Jalan Pengapon, Jalan Kaligawe dan Jalan Raden Patah, Kota Semarang.

Dikutip dari buku Laporan-Laporan tentang Gerakan Protes di Jawa pada Abad XX dari Arsip Nasional Republik Indonesia, sejarah kelam di Kaligawe Semarang itu bermula saat beberapa orang aparat keamanan di perbatasan Kaligawe menghentikan gerobak-gerobak dari Desa Genuk yang akan masuk Semarang pada 1 Februari 1935. Para pengemudi gerobak itu dilarang masuk ke Semarang karena belum membayar pajak.

Kronologi

Aturan ini pun memicu kemarahan para pengemudi gerobak. Mereka pun akhirnya menggalang pertemuan pada 2 Februari di rumah seorang mandor bernama Sukaeni di Dukuh Tanggulangin, Kelurahan Banjardewa. Pertemuan itu dihadiri sekitar 60 orang. Di antara peserta yang hadir bernama R. Ahmad, warga Cikampek, yang tinggal di rumah Sukaeni.

Sukaeni memperkenalkan R. Ahmad sebagai seorang sakti. Selain itu R. Ahmad juga dapat memberi syarat kepada tukang-tukang gerobak itu untuk masuk Kota Semarang tanpa membayar pajak. Syarat itu berupa sepucuk surat jimat yang harus dibawa oleh setiap pengemudi gerobak.

Jimat itu bisa diperoleh dengan membayar 3 sen. Ahmad juga meminta kepada para pengumdi gerobak untuk menunjukkan jimat itu saat diadang petugas keamanan. Jika masih dilarang masuk, para pengemudi gerobak pun diminta untuk memberikan perlawanan secara fisik.

Dengan membawa jimat yang diberikan Ahmad, para pengemudi gerobak itu pun menerobos masuk ke Semarang pada 4 Februari 1935. Namun, petugas keamanan tetap melarang para pegemudi gerobak itu hingga terjadi pertikaian di perbatasan Kaligawe.

Disebutkan dalam koran Pemandangan, akibat pertikaian itu empat orang meninggal dunia. Namun tidak dijelaskan korban yang meninggal dari para kusir atau petugas keamanan dari pemerintah Hindia Belanda.

Pasca-bentrokan itu, Sukaeni yang dianggap sebagai pemimpin pemberontakan divonis 10 tahun penjara oleh pengadilan Bumiputra. Kemudian, hukumannya diperberat menjadi 12 tahun saat mengajukan banding di Van Justice te Semarang. Sedangkan lima pengemudi gerobak yang turut dalam pertikaian itu dihukum 5 tahun dan diperberat menjadi 8 tahun.

Peristiwa yang menjadi sejarah kelam Kaligawe, Semarang, inipun cukup menyita perhatian publik pada zamannya. Bahkan sejumlah surat kabar memuat berita peristiwa atau insiden berdarah itu seperti De Locomotief.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya