SOLOPOS.COM - Kawasan di pusat Kota Semarang, yang diyakini dulunya menjadi pusat kegiatan organisasi Freemason. (Solopos.com-Fitroh Nurikhsan)

Solopos.com, SEMARANG — Sebagai kota yang memiliki peradaban panjang, Kota Semarang di Jawa Tengah (Jateng), tak bisa dilepaskan dari jejak Freemason atau Freemasonry. Organisasi rahasia tertua dunia itu yang sering dikaitkan dengan teori konspirasi itu konon pernah menjalankan aktivitas di Semarang.

Freemason sebenarnya merupakan organisasi persaudaraan yang menganut paham kebebasan. Anggota organisasi ini berasal dari berbagai latar belakang agama, etnis, atau sosial.

Promosi Hadir di Korea Selatan, BRI Sediakan Layanan Keuangan untuk Diaspora dan PMI

Kendati demikian, organisasi ini kerap dikaitkan dengan teori konspirasi seperti gerakan satanisme atau pemuja setan dan iluminati. Hal ini tak terlepas dari sejarah organisasi ini yang pernah berkonflik dengan Katolik Roma pada masa lampau.

Bahkan, Katolik Roma pernah memberlakukan hukuman mati bagi orang-orang Katolik yang menjadi anggota Freemason. Selain itu, di Indonesia, organisasi Freemason juga sempat dilarang pada tahun 1962 silam.

Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Cristiono, membenarkan organisasi Freemason pernah ada di Kota Semarang. Bahkan, sekitar tahun 1881, organisasi Freemasonry pernah menggunakan gedung yang terletak di persimpangan Jalan Imam Bonjol dan Jalan Indraprasta sebagai pusat kegiatan.

Meski demikian, bangunan asli yang digunakan sebagai pusat kegiatan Freemason itu telah dirobohkan. Kini bangunan tersebut telah diubah menjadi kompleks perkantoran.

“Sejak awal [dibangun] berfungsi untuk pertemuan organisasi Freemason. Organisasi ini bukan kelompok agama, tapi sering merekrut orang-orang berpengaruh untuk bergabung jadi anggota,” ucap Johanes Christiono kepada Solopos.com, Jumat (14/6/2024).

Berdasarkan penuturan sejarahwan dulu, Johanes mengungkapan setiap ritual-ritual yang dilakukan organisasi Freemason turut melibatkan ruh-ruh orang yang telah mati. Sehingga muncul sentimen negatif dari masyarakat terhadap organisasi ini.

Dilarang

Eksistensi organisasi Freemason di Indonesia harus berakhir setelah dilarang Presiden Soekarno pasca-kemerdekaan. Gedung itu pun sempat digunakan lalu pada tahun 1973 difungsikan sebagai kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah (Jateng).

Selang tiga tahun, kantor Kejati Jateng dipindahkan ke Jalan Pahlawan. Bekas gedung organisasi Freemason lantas dirobohkan dan dibangun ulang untuk dijadikan area perkantoran.

“Selain di Kota Semarang, organisasi Freemason ini menyebar di Jakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya. Daerah-daerah lainnya saya kurang tahu pasti. Tapi di Salatiga pernah ditemukan kereta jenazah bersimbolkan [lambang] Freemason,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Johanes menuturkan bekas gedung Freemason dulu terkenal dengan sebutan Gedung Setan. Hal itu dikarenakan banyak warga sekitar yang mengaku sering melihat penampakan mahkluk astral saat malam hari.

“Bahkan dulu penumpang angkutan umum yang turun di kawasan itu, tinggal bilang turun di Gedung Setan, sudah banyak yang tahu,” ujarnya.

Johanes mengaku juga pernah menempati salah satu bangunan di kawasan bekas Gedung Setan itu, yakni sekitar tahun 2000-an, saat masih bekerja di Tabloid Nurani. Kala itu, banyak rekan kerjanya yang mengaku kerap mendapat gangguan mistis saat bekerja pada malam hari.

“Katanya banyak yang sering dengan suara-suara aneh di lantai atas. Padahal, enggak ada orang sama sekali. Lampu juga sering mati mendadak,” kenangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya