SOLOPOS.COM - Penampilan mahasiswa UKSW Salatiga dari berbagai etnis dalam acara Indonesian International Culture Festival (IICF) 2023 pada Sabtu (17/6/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Beragam etnis dengan pakaian adat dan miniatur rumah adat ditampilkan dalam Pawai Budaya Indonesian International Culture Festival (IICF) 2023, Sabtu (17/6/2023).

Pawai itu merupakan agenda tahunan Senat Mahasiswa Universitas (SMU) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Di tahun ini diikuti kurang lebih 800 mahasiswa lintas fakultas dan lintas etnis.

Rukun Keluarga Mahasiswa Sulawesi Tengah di Salatiga atau Ruma Sulteng salah satunya. Mahasiswa UKSW yang tergabung dalam kelompok etnis ini mengenakan baju adat yang didominasi warna cerah, merah, dan membawa miniatur rumah adat yang disebut Souraja.

Peserta lainnya, ada juga mahasiswa dari Parurukat Togat Mentawai (Patomen) yang mengenakan pakaian khasnya. Patomen juga mengusung Uma, rumah adat suku Mentawai.

Tongkonan, rumah adat dari Toraja juga ikut diarak keliling Kota Salatiga di Pawai Budaya hari ini. Sepasang mahasiswa dan mahasiswi dari Persekutuan Keluarga Mahasiswa Siswa Toraja Salatiga (PKMST) juga nampak mengenakan baju Tokko yang menjadi khas daerahnya. Ada juga Keluarga Besar Bali di Salatiga (KBBS) yang menampilkan miniatur Jempana.

Total, ada 22 kelompok etnis di UKSW yang ikut berpartisipasi dalam Pawai Budaya 2023. Selain dari UKSW, pawai hari ini juga dimeriahkan dengan hadirnya Calon Sarjana (CS) MarchingBlek UKSW, kelompok Barongsai, Drumblek Siloam, dan Drumblek Ngentak.

Masyarakat Salatiga nampak antusias dengan gelaran Pawai Budaya tahun ini. Warga Salatiga terlihat memadati sejumlah jalan yang dilewati barisan Pawai Budaya.

Anak-anak hingga warga dewasa turut menyaksikan pawai. Di antara mereka ada juga yang mengabadikan kegiatan tersebut dengan memfoto atau memvideo pelaksanaan pawai. Tak ketinggalan, warga juga berjubel di halaman Korem 073/Makutarama, tempat etnis-etnis berkesempatan tampil di panggung kehormatan.

Salah satu warga yang menonton pawai itu, yakni Lendito Dwi Sapdo Utomo asal Cabean. Dikatakannya, dari Pawai Budaya ini masyarakat bisa mengetahui banyak budaya yang ada di Indonesia.

Pengunjung lainnya, Fransiska Damayanti. Alumni UKSW yang sekarang tinggal di Makasar ini berkesempatan melihat Pawai Budaya ketika berlibur di Salatiga.

“Sangat bagus. Bisa menambah pengetahuan mengenai budaya, baju adat serta rumah adat yang ada di Indonesia,” kata Fransiska yang mengajak dua anaknya saat melihat pawai tersebut.

Rektor UKSW, Intiyas, mengatakan Pimpinan Universitas sangat mengapresiasi positif kegiatan IICF yang diadakan Senat Mahasiswa Universitas ini. UKSW sebagai Kampus Indonesia Mini mempunyai tugas untuk ikut menjaga persatuan Indonesia.

Ditegaskannya, Pawai Budaya merupakan simbol penghormatan atas perbedaan dan simbol keyakinan Bhinneka Tunggal Ika bisa kokoh berdiri di Indonesia.

“Kampus UKSW adalah kampus yang menghargai perbedaan. Kita mungkin berbeda warna, baju, dan bahasa. Tetapi kita ada untuk menjaga persatuan Indonesia. Kita jaga Indonesia dari kampus ini,” tegas Rektor Intiyas yang juga tak ketinggalan mengenakan pakai adat itu.

Dalam kesempatan ini, Rektor Intiyas mengenakan pakaian adat Baju Bodo khas dari Sulawesi Selatan. Sedangkan Wakil Rektor PAK mengenakan baju adat dari Sulawesi Utara.

Gelaran pawai IICF 2023 ini juga menjadi salah satu wujud komitmen mahasiswa UKSW dalam upaya meningkatkan kesadaran bela negara.

Dalam Pawai Budaya ini, Rektor Intiyas juga mengajak mahasiswa untuk aktif ikut ambil bagian dalam menjaga toleransi, menghargai perbedaan, saling menjaga dan jangan mudah terpantik isu-isu intoleransi.

Rekomendasi
Berita Lainnya