SOLOPOS.COM - Tangkapan layar Tugu Lagetang di kawasan dataran tinggi Dieng. (Youtube)

Solopos.com, BANJARNEGARA — Dieng merupakan sebuah dataran tinggi di wilayah Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng), yang menyimpan sejuta pesona baik alam, wisata, sejarah, geologi, maupun pertanian. Namun di balik keindahannya, Dieng juga menyimpan sederet kisah misteri yang kelam, salah satunya adalah cerita tentang sebuah desa yang hilang hanya dalam waktu semalam.

Dilansir dari laman wikipedia, secara administrasi, dataran tinggi Dieng berada di wilayah Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran di Kabupaten Banjarnegara, serta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dan bagian selatan dari Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Namun, inti kawasan wisata di Dieng berada di wilayah Dieng Kulon yang merupakan bagian dari Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, yang merupakan wilayah Kabupaten Wonosobo.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Dieng berada di dataran tinggi dengan ketinggian 1.600 hingga 2.100 meter di atas permukaan laut. Sementara, suhu udara di kawasan itu berkisar pada 12-20 derajat Celcius pada siang hari dan 6-10 derajat Celcius pada malam hari. Meski demikian, di musim tertentu, suhu udara di Dieng bisa mencapai 0 derajat Celcius pada pagi hari, sehingga kerap memunculkan embun beku atau yang dikenal penduduk setempat dengan bun upas.

Meski berada di dataran tinggi dan tergolong terpencil, dataran tinggi Dieng telah lama menjadi kawasan permukiman. Banyak desa-desa yang berdiri di kawasan itu. Bahkan dari sekian banyak desa atau permukiman yang ada di Dieng, ada yang hilang dalam semalam. Desa itu tak lain adalah Dusun Lagetang, yang berada di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Tragedi hilangnya Dukuh Lagetang ini terjadi pada 16 April 1955 atau 66 tahun silam. Desa ini hilang setelah tertimpa bencana tanah longsor dari Gunung Pengamun-amun. Total ada sekitar 332 orang penduduk Dukuh Legetang, serta 19 orang tamu dari desa lain yang menjadi korban tragedi itu.

Mereka terkubur hidup-hidup akibat longsor yang menerjang desa tersebut. Tak hanya itu, longsor juga mengakibatkan Dukuh Lagetang menjadi desa yang hilang di Dieng. Hal ini karena desa itu rata tertimbun tanah.

Tugu Peringatan

Guna memperingati tragedi longsor yang menyebabkan dukuh itu hilang, pemerintah pun membuat tugu peringatan di lokasi tersebut. Tugu itu dibangun untuk mengenang 332 orang penduduk setempat yang meninggal dunia akibat longsor Gunung Pengamun-amun.

Tragedi desa yang hilang di Dieng itu pun juga menimbulkan banyak cerita atau kisah misteri. Bahkan, banyak yang mengait-kaitkan tragedi itu dengan kisah Sodom dan Gomorah, yang merupakan dua kota yang dihancurkan Tuhan karena perbuatan laknat penduduknya. Konon, penduduk Sodom dan Gomora kerap melakukan perbuatan yang menyimpang hingga Tuhan murka dan membinasakan kota dan seluruh isinya.

Pun demikian dengan penduduk Dukuh Lagetang. Konon, penduduk desa tersebut kerap melakukan perbuatan menyimpang hingga Tuhan murka dan mendatangkan azab, berupa tanah longsor.

Misteri Dukuh Lagetang, sebagai desa yang hilang di kawasan dataran tinggi Dieng, karena penduduknya kerap menyimpang ini turut diperkuat Taufiqurrohim, dalam Journal of Islamic Civilization, berjudul Islamic Youth Participation in The Emergence of Local Ritual: Encountering The Spirit of Islam in The Local Tradition.

Dalam jurnal itu dituliskan, sebelum longsor, Lagetang terkenal dengan hasil panennya. Penduduknya juga berkecukupan. Meski demikian, masyarakat di desa itu tidak bersyukur dengan pemberian Tuhan. Ada beberapa perilaku yang dilarang oleh agama seperti praktik perjudian, penyimpangan seksual, dan kurangnya praktik keagamaan. Konon, setiap malam, penduduk sekitar menggelar tarian erotis dan diakhiri dengan orientasi seksual di antara mereka.

Meski demikian, kisah itu pun hingga kini masih menjadi misteri. Hal itu dikarenakan dalam peristiwa itu tidak ada satu pun penduduk yang selama. Konon ada dua penduduk Dukuh Lagetang yang selama dari peristiwa longsor itu, karena sedang tidak ada di desa itu. Namun, hingga kini belum diketahui kebenaran terkait kebiasaan atau penduduk desa yang hilang di Dieng itu, yang menyimpang baik secara agama maupun norma-norma masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya