SOLOPOS.COM - Situs Watu Kelir di Kebumen, Jawa Tengah. (Facebook)

Solopos.com, KEBUMEN — Watu Kelir di kawasan Geopark Nasional Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, memiliki makna tersendiri bagi masyarakat sekitar. Nama Watu Kelir diberikan masyarakat setempat karena mereka meyakini batu yang berdiri di tepi sungai Kalimancur, Desa Seboro, Kecamatan Sadang, itu adalah perwujudan dari kelir atau tirai pembatas yang digunakan saat pementasan pertunjukan wayang.

Warna merah pada dinding batu yang membentang sepanjang 100 meter ini menjadi keyakinan kuat masyarakat setempat bahwa batuan di tepi sungai itu adalah kelir. Sedangkan watu atau batu yang berbentuk menggelembung di atasnya dipercaya sebagai kenong atau instrumen gamelan. Dilansir dari sebuah literasi berjudul Cagar Alam Geologi Karangsambung, Kecamatan Kebumen, Jawa Tengah, Senin (10/1/2022), berdasarkan cerita orang-orang kuno, Watu Kelir di Kebumen adalah batas dunia fana dengan alam gaib.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Kepercayaan terkait mitos ini semakin kuat di mana pada zanan dulu kerap terdengar alunan suara gamelan dari kawasan Watu Kelir. Selain suara gamelan, menurut salah satu warga Desa Seboro bernama Kasman, orang zaman dulu juga kerap mendengar suara kentongan dan klotekan atau semacam bunyi pukulan perkusi. Bahkan ada juga suara tangisan seseorang yang sering didengarkan warga setempat pada zaman dulu yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari Watu Kelir.

Baca Juga: Joss! Kebumen Punya Geopark Karangsambung, Terlengkap di Dunia Lur

Belum ada penjelasan secara detail mengenai mitos yang terjadi di kawasan tersebut, karena masyarakat setempat memilih bungkam. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan salah satu pantangan yang harus dipegang oleh masyarakat setempat terkait mitos suara yang dulu kerap terdengar.

Legenda Watu Kelir 

Sementara itu, berdasarkan  pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube, terdapat legenda terkait mitos suara tersebut. Berdasarkan kisah legenda tersebut, zaman dulu kawasan Watu Kelir ini kerap dijadikan tempat pertunjukan wayang namun pada suatu ketika, pertunjukan wayang tersebut tiba-tiba menghilang.

Masyarakat setempat mengkaitkan dinding merah yang memanjang itu sebagai kelir dan batu menggelembung yang ada di atasnya sebagai instrumen gamelan. Sedangkan suara yang terdengar secara misterius itu adalah para pelaku pertunjukan wayang yang terdiri dari dalang, sinden dan pemain instrumen yang sebelumnya hilang secara misterius.

Baca Juga: Watu Kelir, Situs Purbakala dari Dasar Samudra Hindia

Masyarakat setempat juga sering berburu keris yang diyakini terpendam di kawasan Watu Kelir tersebut untuk dipakai sebagai jimat keberuntungan. Masyarakat setempat percaya jika berhasil menemukan keris-keris peninggalan leluhur zaman dulu, niscaya harapan dan impian serta rezeki akan diterima.

Meskipun pihak ahli geologi sudah mengatakan bahwa Watu Kelir adalah peninggalan zaman purba yang sebelumnya adalah daratan di kedalaman Samudra Hindia yang muncul ke permukaan akibat proses geologi yang panjang selama berjuta-juta tahun, namun masyarakat setempat masih memegang teguh mitos dan legenda yang sudah diceritakan oleh para leluhur setempat dan diturunkan dari masa ke masa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya