Jateng
Minggu, 20 Maret 2022 - 08:00 WIB

Mitos di Tanjakan Maut Banyumas, Tak Beri Uang ke Pengemis Bisa Celaka

Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengemis di jalur Tanjakan Krumput, Desa Pageralang, Banyumas, yang melahirkan mitos. (Youtube)

Solopos.com, BANYUMAS — Tanjakan Krumput di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, kerap disebut sebagai jalur maut karena kerap terjadi kecelakaan. Hal ini pun melahirkan mitos terkait tanjakan itu, terutama terkait keberadaan pengemis dari Kampung Pageralang di sepanjang jalur yang menjadi perlintasan pengendara dari arah Yogyakarta menuju Banyumas itu.

Jalur Krumput memang cukup asyik saat dilewati, terutama pada siang hari. Hal ini karena di sepanjang jalur tersebut pengendara akan disajikan pemandangan kebun karet yang asri.

Advertisement

Meski demikian, saat melewati jalur tersebut pengendara harus berhati-hati. Hal ini dikarenakan jalur tersebut memiliki banyak tanjakan dan tikungan tajam, yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Baca juga: Kisah Misteri Tanjakan Krumput Banyumas

Advertisement

Baca juga: Kisah Misteri Tanjakan Krumput Banyumas

Potensi kecelakaan maut ini pun menimbulkan banyak mitos terkait tanjakan atau jalur Krumput di Banyumas. Terutama, terkait keberadaan warga atau pengemis yang kerap meminta sedekah di sepanjang jalur tersebut.

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube, keberadaan pengemis itu menimbulkan mitos yang berkembang secara turun-temurun. Konon pengguna jalan yang melintas di jalur tanjakan itu harus memberi uang kepada pengemis yang duduk di sepanjang jalan supaya terhindar dari musibah. Namun, jika pengemis itu tidak dikasih, konon, mitosnya, bakal terjadi kecelakaan.

Advertisement

Namun, saat larangan itu dikampanyekan justru terjadi kecelakaan maut. Sebuah bus masuk ke jurang saat melewati tanjakan di jalur itu. “Mitosnya memang seperti itu, dulu [pengemis] pernah dilarang. Namun, malah terjadi kecelakaan bus, hampir seluruh penumpangnya meninggal,” ujar Sugito.

Keberadaan pengemis di sepanjang jalur tanjakan Krumput di Banyumas ini sudah terjadi sejak puluhan tahun. Awalnya, pengemis yang sebagian besar merupakan warga Kampung Pageralang di Banyumas  itu hanya berjaga-jaga di pinggir jalan. Mereka berjaga untuk memberikan bantuan kepada pengguna jalan jika sewaktu-waktu ada yang membutuhkan.

Baca juga: Indahnya Desa Ketenger Baturraden, Wisata Ala Swiss di Banyumas

Advertisement

Bahkan, mereka tak jarang membawa obor sebagai penerangan karena minimnya lampu di sepanjang jalur tersebut. Namun, lama-lama keberadaaan warga itu menjadi kebiasaan. Banyaknya pengguna jalan yang memberikan sedekah membuat mereka pun beralih profesi menjadi pengemis.

Seorang pengemis, Parinah, mengaku sudah puluhan tahun mengais rezeki dengan meminta sedekah di jalur tanjakan Krumput. Setiap hari ia bisa mendapat uang Rp10.000 hingga Rp25.000.

“Sudah puluhan tahun [mengemis]. Memang di sini sampai 24 jam, tapi ganti-ganti. Ada yang tiga jam pulang, nanti ada lagi yang datang. Suka-suka kita mau berapa jam [mengemis],” ujarnya.

Advertisement

Keberadaan pengemis di jalur tanjakan Krumput inipun melahirkan kampung pengemis di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Banyak warga kampung itu yang mengais rezeki dengan mengharap sedekah dari pengguna jalan.Bahkan kehadiran pengemis di jalur Krumput yang masuk wilayah Kampung Pageralang Banyumas ini pun melahirkan sebuah mitos yang berkembang hingga saat ini.

Namun terlepas dari mitos memberi sedekah ke pengemis di jalur tersebut memang terbilang rawan. Pengendara yang melintas, terutama dari arah pertigaan Buntu ke utara, atau menuju Alun-Alun Banyumas, harus meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif