SOLOPOS.COM - Ilustrasi permakaman China. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Kisah misteri tentang penampakan hantu wanita yang gentayangan di kompleks permakaman warga Tionghoa atau yang populer disebut Bong Cino di Kedungmundu, Kota Semarang, telah menjadi mitos yang dipercaya turun temurun atau urban legend. Konon, hantu wanita tersebut adalah penampakan dari arwah gentayangan seorang perempuan yang mati bunuh diri akibat patah hati.

Menurut Ketua komunitas Semarangker, Pamuji Yuwono, mitos atau urban legend terkait penampakan hantu wanita di Bong Cino Kedungmundu Semarang sudah ada sejak 50 tahun silam. Namun, terkait kebenaran cerita itu hingga kini masih menjadi misteri yang belum terjawab.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Namun, Pamuji dan kru Semarangker pernah melakukan uji nyali di kawasan itu guna membuktikan kebenaran cerita misteri tersebut. Lokasi yang dipilih sebagai tempat uji nyali pun merupakan makam yang telah berusia 50 tahun, yang dipercaya merupakan makam perempuan yang arwahnya gentayangan dan kerap menampakan diri sebagai hantu perempuan berwajah pucat.

Pamuji mengetahui makam itu dari seorang warga yang tinggal di sekitar Bong Cino Kedungmundu Semarangitu. “Katanya, itu [lokasi uji nyali] merupakan makam seorang wanita [keturunan] Tionghoa yang mati bunuh diri karena patah hati. Arwahnya kerap muncul dengan penampakan wanita berbaju putih, memakai bandana, wajahnya pucah,” kata Pamuji menirukan warga tersebut, Sabtu (21/1/2023).

Pamuji dan kru melakukan penjelajahan dan uji nyali membuktikan keberadaan hantu itu. Ia mengaku mendengar suara mirip perempuan yang tengah menangis di lima titik di seputaran Bong Cino Semarang itu.

“Tapi bukan di titik yang ditunjuk warga. Suaranya merintih dan tercium bau wangi bunga. Dari hasil penelusuran Semarangker memang agak berbeda mengapa dia berada di situ, tapi urban legend-nya sama, yaitu perempuan Cina yang mati bunuh diri karena patah hati,” sambung Pamuji.

Bong Cino di Kedungmundu merupakan area permakaman Cina terluas di Semarang. Bong Cina ini dibuka kali pertama pada tahun 1797, di saat gelombang migrasi masyarakat Tionghoa daratan ke Nusantara tengah berada di masa puncaknya.

Di kawasan bong ini juga terdapat satu prasasti berhuruf Cina yang ditulis sejak zaman dinasti Ming. Pada prasasti bertuliskan angka 1916 ini, terdapat kepercayaan tentang peringatan akan adanya malapetaka jika prasasti itu dibongkar.

Sayang, meski terdapat peringatan, namun seiring berjalannya waktu bong Cina Kedungmundu turut tergerus zaman. Banyak perumahan berdiri di kawasan Bong Cino itu tanpa menghiraukan keberadaan makam di sekitarnya.

Pamuji menambahkan, kepercayaan masyarakat Cina di setiap perayaan Imlek adalah tidak boleh membicarakan sosok yang sudah meninggal. Menurut Pamuji membicarakan hal yang dilarang ini bisa berakibat fatal.

“Ada kepercayaan jika membicarakan mereka yang sudah meninggal akan membuat mereka datang dan membawa kita. Juga jangan sekali-kali bicara soal hantu, soal demit pas malam Imlek, ini bisa berakibat fatal,” tuntas Pamuji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya