SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kesehatan (Dinkkes) Kota Semarang mengimbau warganya untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue atau DBD yang kerap muncul saat musim penghujan. Selain demam berdarah, Dinkes Kota Semarang juga meminta warga mewaspadai wabah penyakit lain yang kerap muncul saat musim hujan seperti tifus, pes, hingga leptospirosis.

Kepala Dinkes Kota Semarang, M. Abdul Hakam, mengaku sudah menerima laporan adanya warga yang menderita demam berdarah dan leptospirosis saat transisi musim kemarau ke musim hujan, seperti saat ini. Meskipun, jumlah kasus demam berdarah dan leptospirosis di Semarang itu belum terlalu banyak.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

“Transisi musim kemarau ke penghujan ini sudah ada laporan, demam berdarah meskipun jumlahnya belum tinggi dan masih aman,” kata Hakam, dikutip dari laman Internet resmi Pemkot Semarang, Selasa (9/11/2021).

Baca juga: Ini Loh Cara Pencegahan, Gejala, hingga Pengobatan Demam Berdarah

Data Dinkes Kota Semarang, selama September sudah 28 kasus demam berdarah. Perinciannya, 19 pasien berjenis kelamin laki-laki dan sembilan pasien wanita. Sedangkan pada Oktober 2021, kasus demam berdarah di Kota Semarang mencapai 18 orang. Perinciannya, 11 pasien pria dan tujuh pasien wanita.

Hakam pun meminta masyarakat Kota Semarang untuk menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari wabah penyakit saat musim hujan. “Pola hidup sehat harus dilakukan untuk menghindari demam berdarah, ataupun penyakit lainnya,” jelas Hakam.

Hakam juga mengajak dinas terkait serta lintas sektoral untuk terus melakukan pembersihan jentik nyamuk setiap Jumat dan Minggu. Penyakit lain seperti leptospirosis pun menjadi sorotan, lantaran biasa muncul saat musim hujan.

“Diare akut, tifus juga kita waspadai dengan memberdayakan masyarakat, terutama tingkat RW untuk menjaga makanan tetap higienis,” jelasnya.

Baca juga: Duh, BPJS Kesehatan Semarang Defisit Sepanjang 2018

Operasi tangkap tikus (OTT) pun harus dilakukan oleh masyarakat jika ditemukan penyakit pes di lingkungannya. Penyakit ini disebabkan bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu yang tinggal di tikus. Orang terinfeksi penyakit pes melalui gigitan kutu tikus atau gigitan tikus yang sudah terinfeksi.

“Misalnya ada temuan pes, nah OTT kita harus tingkatkan sehingga meminimalisasi penularan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya