SOLOPOS.COM - Ilustrasi Lahan Pertanian Kering (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, PATI — Sekitar 5.000 hektare lahan pertanian di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng), dibiarkan nganggur atau tidak ditanami komoditas apa pun saat puncak musim kemarau seperti saat ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati, Niken Tri Meiningrum, menyebut lahan yang dibiarkan nganggur itu mayoritas merupakan lahan tadah hujan. Oleh karenanya, para petani atau pemilik lahan pun membiarkan lahannya tidak terurus karena membutuhkan sumber air yang cukup banyak.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

“Kalau di Pati ini kan lahan ada sawah, irigasi, dan sawah tadah hujan. Luas sawah tadah hujan mencapai 21.000 hektar. Nah, di musim tanam ketiga [MT3] ini lahan tadah hujan memang kebanyakan tidak bisa dimanfaatkan karena tergantung air hujan,” ujar Niken kepada Solopos.com, Rabu (23/8/2023).

Akibat ketergantungan itu, terang Niken, pada MT3 ini ada sekitar 5.000 lahan pertanian di area tadah hujan yang di-berokan atau tidak ditanami komoditas padi. Sementara sisanya, tetap ditanami komoditas berupa palawija dan kacang hujau yang tidak terlalu membutuhkan sumber air.

“Daerah lainya seperti di Pati Utara aman. Karena ada irigasi, mereka juga bisa memanfaatkan pompa air. Sementara di Pati Selatan, seperti Pucakwangi, Winong, Jakenan, Kayen, terus Sukolilo, di-berokan kebanyakan. Itu [bero] juga sebagai antisipasi agar petani tidak mengalami kerugian besar,” ujarnya.

Saat disinggung apakah luasan lahan yang di-berokan itu bakal mengganggu target produksi tahun ini, Niken menegaskan tidak. Sebab, daerah lain seperti Pati Utara ketika musim kemarau masih bisa ditanami dan cukup untuk mememuhi kebutuhan produksi pertanian di Bumi Intan Pari.

“Kita tiap tahun sudah terkondisi seperti ini. Total lahan kita ada sekitar 57.000 hektar, setiap tahun produksi masih bisa nutup. Kita memang tak bisa paksa petani tanam tiga kali di MT3 ini, makanya beberapa memilih diberokan. Tapi, kita ditopan padi Utara, bisa sampe tuga kali (masa tanam dan panennya). Di sana (Pati Utara) air cukup. Maka menurut saya, perhitungan produksinya tiap tahun masih tetap surplus,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya