SOLOPOS.COM - Budi daya ikan dan udang di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. (Solopos.com/Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada penyusutan volume ikan budi daya di area waduk wilayahnya. Penyusutan tersebut disebabkan musim kemarau yang dibarengi dengan munculnya gelombang panas atau El Nino

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap DKP Jateng, Kurniawan Priyo Anggoro, mengatakan dampak El Nino sangat dirasakan para petambak karamba sejak awal Juni kemarin. Namun untuk sektor perikanan tangkap di laut disebut tidak terlalu berdampak.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“Di darat, khususnya usaha budidaya ikan berdampak sekali. Soalnya debit air berkurang drastis. Sehingga ruang gerak ikan jadi sempit,” kata Kurniawan, Selasa (4/7/2023).

Kurniawan menjelaskan Jateng memiliki banyak budi daya ikan karamba yang sebarannya merata di 35 kabupaten/kota. Kendati demikian, kapasitas ikan yang dibudidayakan menyusut karena selama kemarau debit air waduk maupun bendungan menjadi berkurang.

Ia memperkirakan jika tak segera diantisipasi secepatnya, maka volume ikan yang dibudidayakan di waduk akan berkurang drastis sampai 30 persen selama musim kemarau 2023.

Terlebih lagi, dengan munculnya El Nino akan mengurangi debit air waduk dan volume ikan budi daya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi El Nino sampai September mendatang.

“Penyebab berkurang drastis itu karena pengaruh hawa panas yang relatif panjang menyebabkan kadar garam di dalam air menjadi tinggi,” jelasnya.

Sebagai upaya mengatasi penurunan volume ikan budi daya, DKP Jateng mendorong masing-masing kabupaten/kota untuk bergerak cepat melakukan bantuan penebaran benih ikan di kawasan karamba.

Hal ini menjadi penting guna meringankan beban para petambak yang berpotensi merugi selama musim kemarau.

“Pemerintah daerah didorong agar bisa melakukan penebaran ikan di lokasi budi daya atau perairan daratan karena jumlah ikan ditentukan dengan penebaran benihnya,” pintanya.

Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Komoditas DKP Jateng, Warsita, menyatakan sepanjang Januari hingga Mei 2023, produksi ikan budi daya telah mencapai 223.842 ton atau meningkat sejak pandemik Covid-19.

Ia juga mengaku komoditas lele dan nila mendominasi produksi budi daya ikan air tawar. Sedangkan perikanan budi daya air payau didominasi udang, bandeng, dan rumput laut.

“Paling banyak itu komoditas lele dan nila [di air tawar]. Kalau air payau itu udang, bandeng. Sedangkan rumput laut di tambak-tambak,” imbuh Warsita.

Saat ini, tantangan yang dihadapi oleh pembudidaya adalah kebutuhan untuk dikirim ke pasar yang masih kurang. Sehingga menyebabkan harga produk perikanan menjadi naik.

“Saat ini harga lele naik karena suplai ke pasar masih kurang. Dulu harga di petani Rp16.000 per kilogram, sekarang Rp20.000. Di pasar yang dulunya Rp22.000 sekarang Rp25.000 atau Rp26.000. Trennya naik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya