SOLOPOS.COM - Rumah Baca Apung di Tambaklorok, Kota Semarang, yang kondisi sepi dan tak terurus, Senin (5/9/2022). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Kampung Nelayan Tambaklorok menjadi salah satu kawasan di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Hal itu terbukti dari dibangunnya sejumlah infrastruktur di Tambaklorok, Semarang, salah satunya adalah Rumah Baca Apung.

Rumah Baca Apung di Tambaklorok ini diresmikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, pada 2016 lalu. Pembangunan perpusatakaan apung ini merupakan bagian dari rangkaian proyek dalam mewujudkan kampung bahari di Tambaklorok sebagai salah satu wujud Program Nasional Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Kendati demikian, setelah lima tahun diresmikan, bangunan yang berdiri di atas wahana apung berukuran 10 meter x 14 meter berbahan styrofoam dan beton itu seperti terbengkalai. Tak ada lagi kegiatan literasi di perpustakaan apung tersebut. Bahkan, kegiatan-kegiatan seperti pertemuan warga pun tak jarang digelar di lokasi tersebut.

“Perpustakaan itu [Rumah Baca Apung Tambaklorok] terbengkalai sejak pertengahan 2019 lalu. Padahal awal dibangun [2016] masih jalan. Tapi setelah enggak ada pendampingan perpusatakaan, mulai mati [tidak jalan atau terbengkalai],” ujar Ketua RT 001 RW 016 Tambakrejo, Arifin, saat dijumpai Solopos.com, Senin (5/9/2022).

Pantauan Solopos.com, kondisi Rumah Baca Apung di Tambaklorok, Kota Semarang, itu sangat memprihatinkan. Lantainya penuh dengan debut. Sejumlah buku bacaan juga berserakan di lantai. Sementara, gerbang yang digunakan sebagai pintu masuk pun diselimuti karat dan terkunci rapat.

Baca juga: Infrastruktur Semarang: Rumah Apung Diluncurkan di Tambaklorok

Sementara, cat bangunan dan beton pun tampak mulai memudar dan terkelupas. Tak ada satu pun warga yang ada di bangunan tersebut hingga terkesan kosong, mengapung, dan terabaikan.

Saling Lempar

Arifin mengaku sudah meminta pendampingan dari pemerintah setempat agar kegiatan literasi di Rumah Baca Apung itu kembali bergeliat. Meski demikian, hingga kini tidak ada pihak yang merespons keluhan tersebut.

“Hampir lima tahun ini responsnya saling lempar. Pemkot Semarang belum bertanggung jawab karena belum diserahterimakan [Kementerian PUPR]. Katanya dulu mau diserahterimakan, tapi sampai sekarang belum. Jadi ini masih tanggung jawab [pemerintah] pusat,” ujar Arifin.

Arifin berharap setidaknya pendampingan perpustakaan itu bisa kembali diaktifkan. Hal itu dikarenakan Rumah Baca Apung di Tambaklorok Semarang itu bisa menarik minat baca masyarakat dan pemerhati lingkungan sekitar.

Baca juga: Pernah Didatangi Jokowi, Tambaklorok Semarang Masih Diganggu Rob

“Alasan tidak dioperasionalkan lagi ya karena kami tidak dipasrahi. Barang [Rumah Baca Apung] ada, tapi tidak ada biaya operasional. Kami siap mengembangkan, tapi kalau tidak ditunjang operasional bagaimana? Kerja bakti semua jadinya,” keluhnya.

Arifin pun mengaku saat awal diresmikan, kondisi Rumah Baca Apung di Tambaklorok, Kota Semarang, itu tak pernah sepi. Bahkan, setiap pekan selalu ada siswa dari berbagai sekolah yang minta dijadwalkan untuk berkunjung.

Rumah Baca Apung di Tambaklorok Semarang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan sebagai balai warga, sedangkan lantai kedua digunakan untuk perpustakaan. Rumah Baca Apung ini memiliki ratusan koleksi buku dengan berbagai macam tema. Sayangnya, buku-buku itu kini tersimpan di dalam kardus dan tak pernah dijamah lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya