SOLOPOS.COM - Neil Semuel Rupidara (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA–Lima tahun kepemimpinan Neil Semuel Rupidara sebagai Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) telah selesai. Purnanya tugas Neil sebagai pimpinan kampus swasta terkemuka di Salatiga ditandai dengan penyerahan bendera UKSW di acara Pelantikan Rektor UKSW periode 2022-2027, Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si.,Ak., Rabu (30/11/2022).

Beberapa perubahan wajah UKSW telah tampak sebagai buah kerja Neil Rupidara beserta jajarannya. Salah satunya pada bidang riset dengan nilai UKSW. Kepada Solopos.com, Selasa (29/11/2022), Neil bercerita saat awal dilantik sebagai rektor, dirinya mencetuskan tekad untuk meningkatkan kinerja riset di UKSW.

“Ketika itu situasinya UKSW ada di sekitar peringkat ke-37 atau 36 ukuran riset tingkat nasional. Atas dasar asumsi tertentu saya bilang bisa lah kita masuk 20 besar,” ungkap Rektor UKSW periode 2017-2022 tersebut.

Neil mengungkapkan tema besar yang diangkatnya kala itu adalah kembali ke dasar-dasar nilai UKSW. “Back to basic, namanya organisasi ada tatanannya dari nilai-nilai inti yang menjadi pilar mekanisme kerja organisasi. Ada hal-hal yang harus kami kerjakan untuk itu, menata kembali supaya duduk kokoh di atas fondasi nilai,” tambah dia.

Dia menambahkan mekanisme kerja harus lebih bagus supaya hasilnya memuaskan. “Apa itu prestasi-prestasi riset, macam-macam, ini kan ini sesuatu yang indah hasilnya karena duduk di atas fondasi dan pilar yang kuat,” jelasnya.

Baca juga: Program Matching Fund, Dosen UKSW Ciptakan Aplikasi eRumputTernak

Neil mengakui membangun secara fundamental tidak mudah. Berkat kerja keras semua pihak, saat ini sektor riset dan beberapa indikator lain di UKSW sudah naik. Hal itu, lanjut dia, merupakan wujud dari kembalinya ke nilai-nilai yang dipegang para pendiri UKSW.

“Pendiri universitas ini, Dr. O. Notohamidjoyo mendidik mahasiswa menurut nilai-nilai yang kami sebagai dosen yakini. Yaitu sebagai persekutuan ilmiah tingkat tinggi, yang dalam melakukan pekerjaan ilmiah duduk di atas nilai-nilai kejujuran, kehikmadan,” jelasnya.

Neil membeberkan UKSW bisa hidup langgeng jika kembali ke nilai asalnya. Dia mencontohkan hal-hal kecil misalnya publikasi karya para dosen harus jujur dan jangan sembunyi-sembunyi.

“Secara umum kita menertibkan melalui mekanisme. Kita berharap makin harus makin baik dan jujur. Terkait risetnya harus sesuai dengan kejujuran, kebenaran, kehikmatan itu,” ungkapnya.

Baca juga: Gubernur NTT Dukung UKSW Jadi Entrepreneurship Research University

Niel mengungkapkan upaya yang dilakukan untuk memperbanyak produksi riset adalah dengan membuat sistem riset yang fleksibel. Dia memaklumi dosen-dosen cukup sibuk, sehingga jika dikejar-kejar deadline malah terkadang tidak mau.

“Dengan karakter seperti itu, kita membuat cara. Sejak tahun 2019, pola yang kita buat itu mereka menyiapkan sendiri waktu risetnya,” beber pemegang gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dari Macquarie University, Australia, tersebut.

Mempermudah Dosen

Pola tersebut ternyata mempermudah dosen dalam melakukan riset. Sebab, sang dosen bisa menentukan sendiri waktunya. Namun pihaknya tetap membatasi batas akhir sampai bulan September.

Flexibility itu penting agar dosen merasa nyaman. Kita kasih ruang dan kita tidak memaksa dengan satu pendekatan. Waktu lebih dilonggarkan sesuai tanggung jawab beban yang mereka pikul. Mau kasih maju April ya silakan mau kasih maju Agustus ya mangga,” ungkap Niel.

Kelonggaran waktu itu, urainya, dari segi praktis. Sedangkan dari segi idealnya adalah nilai-nilai yang dipegang seperti kejujuran. Fleksibilitas waktu sangat mendukung dosen dalam melakukan penelitian. Selain itu, Neil juga menyiapkan sistem, di antaranya cara menyusun proposal dan rencana anggaran.

“Kejujuran dari anggaran akan terlihat, dengan sistem yang enak seperti bola menggelinding lama-lama panen sendiri,” terangnya. Langkah selanjutnya, kata Neil, pimpinan tinggal memikirkan bagaimana bisa naik kelas dengan kebijakan.

Baca juga: FGD Fakultas Hukum UKSW & Badan Keahlian DPR Bahas 3 UU di Bidang Pendidikan

Neil menguraikan dengan sistem yang telah dibuat itu, beberapa dosen sudah memiliki ritme tersendiri untuk melaksanakan penelitian. Saat ini, sistem yang dibangunnya sedang menuju otomatis.

Kiprah Neil di dunia perguruan tinggi tak berhenti begitu saja selepas lengser dari jabatan rektor. Dia meneguhkan tekad untuk kembali menjadi peneliti. Neil bakal memilih bidang kajian yang lebih luas, misalnya masuk ruang inovasi yang melebar atau mendalam. Sebagai peneliti dirinya akan melanjutkan riset.

Dia juga siap menyokong merdeka belajar tidak hanya untuk mahasiswa, tapi juga untuk kalangan dosen. “Secara pribadi ada rencana sendiri. Setelah purnatugas harus tetap melakukan hal-hal yang yang sudah menjadi tugas. Saya belum bisa mengatakan, karena ini kan baru dimulai langkah-langkahnya. Belum tuntas, fix begini atau begitu. Labih baik saya tidak mendahului waktu,” terangnya.

Artikel ini telah ditayangkan di Harian Umum Solopos edisi Sabtu (10/12/2022).

Rekomendasi
Berita Lainnya