SOLOPOS.COM - Foto Inka Pratiwi (tengah) dan suaminya, Adib Nugroho (mengenakan dasi), seusai melakukan prosesi pernikahan yang dilakukan oleh Ormas Gafatar, 2012 lalu. Dua dari kiri, Aswar, yang merupakan pengurus Gafatar Jateng yang menikahkan keduanya. (JIBI/Imam Yuda Saputra/Semarangpos.com

Orang hilang yang bergabung dengan Gafatar di Jawa Tengah (Jateng) kembali bertambah.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pasangan suami-istri, Adib Nugroho-Inka Pratiwi, yang bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ternyata menikah tanpa menghadirkan wali dari pihak keluarga. Keduanya dinikahkan dengan persetujuan langsung dari para pengurus Gafatar yang sempat berstatus sebagai organisasi masyarakat resmi di Jawa Tengah.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Pengakuan ini diungkapkan ibu Inka Pratiwi, Partini, 50. Ia mengaku sejak kuliah di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro itu putrinya memang sudah bergabung dengan Gafatar. Inka bergabung Gafatar atas bujukan salah seorang dosennya, Aswar, beberapa tahun yang lalu. Aswar pula lah yang akhirnya menjodohkan dan menikahkan Inka dengan Adib Nugroho, putra Harsono,60, pada 2012 lalu.

“Saat mau menikah itu, kakaknya mau jadi wali Inka. Tapi, katanya tidak perlu ada wali dan enggak usah lewat KUA [Kantor Urusan Agama]. Biar yang nikahkan Gafatar saja dengan wali. Ya, walinya Pak Aswar itu,” ungkap Partini di depan forum diskusi terkait Gafatar yang digelar Forum Wartawan Provinsi Jawa Tengah (FWPJT) di Aula Lantai 1 Kantor Gubernur Jateng, Selasa (26/1/2016).

Kehadiran Partini ke forum diskusi itu bersama Hartono. Keduanya semula dihadirkan untuk memberikan testimoni terkait keberadaan Gafatar. Namun, keduanya justru memberikan pengakuan tentang keberadaan anak-anak mereka yang hingga kini masih simpang siur.

Kedua orang tua itu mengaku semenjak bergabung dengan Gafatar anak-anaknya itu memang mengalami perubahan perilaku. Adib menjadi pembangkang dan tidak taat beribadah. Sementara, Inka yang semula lugu dan bahkan mampu menyelesaikan kuliah strata satu (S1) hanya dalam waktu tiga tahun menjadi tidak peduli dengan keluarganya.

“Saya senang jika Gafatar ini dibubarkan. Gafatar ini bikin pengikutnya jadi enggak peduli dengan keluarganya. Kalau seperti itu
apakah layak disebut sebagai organisasi yang benar?” imbuh Harsono.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya