SOLOPOS.COM - Sejumlah warga eks-Gafatar meninggalkan permukiman mereka yang dibakar massa saat hendak dievakuasi dari kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1/2016). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. (JIBI/Solopos/Antara/Jessica Helena Wuysang)

Ormas Gafatar dianggap sebagai organisasi terlarang menyusul banyaknya kasus orang hilang yang terkait
dengan organisasi itu.

Semarangpos.com, SEMARANG – Para anak-anak eks warga Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) terancam mengalami trauma pascapemukimannya di Mempawah, Kalimantan Barat, dibakar masa, Selasa (19/1/2016). Oleh karenanya, Pemprov Jateng pun perlu menyediakan Children Care Center bagi anak-anak mantan anggota Gafatar itu saat menampung mereka di pemukiman.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

“Perlu dipikirkan adanya petugas khusus yang menangani anak-anak di pemukiman nanti. Keberadaan mereka untuk memberikan kegiatan positif bagi anak-anak saat orang tuanya menjalani pembinaan. Selain itu, kegiatan itu juga berguna untuk memelihara kondisi psikologis anak-anak pascamengalami insiden,” ujar Peneliti Agama dari Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, Joko Tri Haryanto, saat dihubungi wartawan, Jumat (22/2/2016).

Joko juga menambahkan, pemerintah tak perlu melarang para eks anggota Gafatar yang ingin membawa pulang anak-anaknya. Asalkan, para eks anggota Gafatar itu memiliki jaminan dari keluarga maupun tokoh masyarakat di lingkungannya, sehingga bisa terus dibina dan diawasi oleh pemerintah.

Seperti diketahui, sebanyak 1.529 eks warga Gafatar akan tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Rabu (27/1/2016) depan. Mereka pulang ke Jawa setelah diusir secara paksa oleh warga di Mempawah, Kalimantan Barat.

Tiga kapal milik TNI AL dikerahkan untuk mengangkut para mantan anggota Gafatar itu. Setibanya di Jawa Tengah, mereka akan ditampung di beberapa pos penampunga, seperti Gedung Transisto, Semarang, dan Asrama Haji Donohudan.

Selama di penampungan para eks warga Gafatar ini akan menjalani pembinaan khusus baik oleh Majelis Ulama Indonesia maupun TNI-Polri. MUI akan melakukan pembinaan secara keagamaan, sementara TNI-Polri akan memberikan pembekalan bela Negara agar jiwa nasionalisme para eks Gafatar itu kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kami akan melakukan pendekatan dan pembinaan mental serta psikologis, khususnya terkait pemahaman beragama melalui diskusi dan pengajian. Kami akan kembalikan psikis mereka yang terguncang. Selain itu, kami juga akan bekali mereka pelatihan bela negara dan pemahaman mengenai empat pilar kebangsaan,” terang Ketua MUI Jateng, Ahmad Daroji.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya