SOLOPOS.COM - Ketua PW Muhammadiyah Jateng Tafsir (JIBI/dok)

Ormas Gafatar menjadi sorotan publik dan saat ini para anggotanya dalam proses pemulangan ke tempat asal masing-masing.

Semarangpos.com, SEMARANG-Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng) menyatakan organisasi massa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bisa berkembang menjadi sebuah negara tersendiri.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

“Embrio organisasi massa Gafatar bisa besar dan menjadi sebuah negara,” kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng Tafsir kepada Semarangpos.com, Rabu (27/1/2016. Pasalnya, lanjut dia, organisasi massa (ormas) Gafatar telah membentuk sebuah komunitas sosial sendiri dengan membeli lahan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.

Komunitas ini sudah mempunyai aturan yang ditaati para anggotanya semisal tidak boleh mencuri, berdusta, berzinah, berbohong, dan merokok.

“Mereka menaati aturan komunitas ini, sehingga bila dibiarkan bisa berkembang menjadi negara,” kata Tafsir yang ikut memberikan pendampingan kepada anggota Gafatar di tempat penampungan sementara Asrama Haji Donohudan, Boyolali pada Selasa (26/1/2016).

Mengenai Gafatar sebagai kelompok aliran agama sesat, dia menyatakan tidak terungkap saat melakukan dialog dengan 18 orang anggota ormas tersebut.

Dari 18 orang itu, empat orang merupakan sarjana dan 14 lainnya tamatan sekolah menengah atas (SMK) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Para anggota Gafatar, lanjut Tafsir, mengelak kalau organisasinya terkait dengan agama tertentu, karena lebih menekankan kepada urusan komunitas sosial. Urusan agama menjadi pribadi masing-masing anggota, sebab ada yang beragama Islam, Kristen, dan Katolik.

“Saat saya menyebutkan nama Ahmad Musadeq, mereka menjawab tidak ada hubungannya [dengan Ahmad Musadeq]. Tapi saya menilai mereka belum terbuka, ada yang disembunyikan,” ujar Tafsir yang baru menjabat sebagai Ketua PW Muhammadiyah Jateng pada Desember 2015.

Dia mengaku belum bisa mengorek lebih dalam terkait ritual agama yang dilakukan anggota Gafatar, karena waktunya terbatas. Hanya saja, imbuh Tafsir dari pengamatan saat memberikan pendampingan yang berlangsung Pukul 08.30 WIB sampai 15.30 WIB, sebagian besar anggota Gafatar tidak melaksanakan salat Zuhur dan Azar.

Hanya ada satu atau dua orang yang salat. Saat ditanya alasan tidak salat, mereka mengaku hanya Islam kartu tanda penduduk (KTP) dan tidak pernah melaksanakan salat.

”Saya menyebut anggota Gafatar sebagai orang sosialis karena mereka lebih menekankan komunitas sosial. Saya belum melihat adanya simbol-simbol agama,” bebernya.

Dia menambahkan dari dialog dengan anggota Gafatar terungkap alasan mereka bergabung dengan organisasi tersebut karena tertarik dengan aktivitas sosial yang dilakukan yakni donor darah, membersihkan lingkungan, dan lainnya. ”Mereka kemudian membentuk komunitas, selanjutnya mencari lahan di Kalimantan membentuk komunitas yang homogen,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya