Jateng
Kamis, 28 Januari 2016 - 17:50 WIB

ORMAS GAFATAR : PW Muhammadiyah: Embrio Ormas Gafatar Bisa Menjadi Negara

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua PW Muhammadiyah Jateng Tafsir (JIBI/dok)

Ormas Gafatar menjadi sorotan publik dan saat ini para anggotanya dalam proses pemulangan ke tempat asal masing-masing.

Semarangpos.com, SEMARANG-Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng) menyatakan organisasi massa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bisa berkembang menjadi sebuah negara tersendiri.

Advertisement

“Embrio organisasi massa Gafatar bisa besar dan menjadi sebuah negara,” kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng Tafsir kepada Semarangpos.com, Rabu (27/1/2016. Pasalnya, lanjut dia, organisasi massa (ormas) Gafatar telah membentuk sebuah komunitas sosial sendiri dengan membeli lahan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.

Komunitas ini sudah mempunyai aturan yang ditaati para anggotanya semisal tidak boleh mencuri, berdusta, berzinah, berbohong, dan merokok.

Advertisement

Komunitas ini sudah mempunyai aturan yang ditaati para anggotanya semisal tidak boleh mencuri, berdusta, berzinah, berbohong, dan merokok.

“Mereka menaati aturan komunitas ini, sehingga bila dibiarkan bisa berkembang menjadi negara,” kata Tafsir yang ikut memberikan pendampingan kepada anggota Gafatar di tempat penampungan sementara Asrama Haji Donohudan, Boyolali pada Selasa (26/1/2016).

Mengenai Gafatar sebagai kelompok aliran agama sesat, dia menyatakan tidak terungkap saat melakukan dialog dengan 18 orang anggota ormas tersebut.

Advertisement

“Saat saya menyebutkan nama Ahmad Musadeq, mereka menjawab tidak ada hubungannya [dengan Ahmad Musadeq]. Tapi saya menilai mereka belum terbuka, ada yang disembunyikan,” ujar Tafsir yang baru menjabat sebagai Ketua PW Muhammadiyah Jateng pada Desember 2015.

Dia mengaku belum bisa mengorek lebih dalam terkait ritual agama yang dilakukan anggota Gafatar, karena waktunya terbatas. Hanya saja, imbuh Tafsir dari pengamatan saat memberikan pendampingan yang berlangsung Pukul 08.30 WIB sampai 15.30 WIB, sebagian besar anggota Gafatar tidak melaksanakan salat Zuhur dan Azar.

Hanya ada satu atau dua orang yang salat. Saat ditanya alasan tidak salat, mereka mengaku hanya Islam kartu tanda penduduk (KTP) dan tidak pernah melaksanakan salat.

Advertisement

”Saya menyebut anggota Gafatar sebagai orang sosialis karena mereka lebih menekankan komunitas sosial. Saya belum melihat adanya simbol-simbol agama,” bebernya.

Dia menambahkan dari dialog dengan anggota Gafatar terungkap alasan mereka bergabung dengan organisasi tersebut karena tertarik dengan aktivitas sosial yang dilakukan yakni donor darah, membersihkan lingkungan, dan lainnya. ”Mereka kemudian membentuk komunitas, selanjutnya mencari lahan di Kalimantan membentuk komunitas yang homogen,” ujarnya.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif