SOLOPOS.COM - Edi Prayitno menunjukkan salah satu motif Batik Semarang 16. (Ponco Wiyono-Solopos.com)

Solopos.com, SEMARANG — Tidak banyak penekun batik yang mengelola industrinya seperti Batik Semarang 16 ini. Bagaimana tidak, dari hulu ke hilir proses produksinya diperhatikan secara seksama menggunakan pendekatan sejarah hingga perhatian terhadap ekosistem.

Gesekan dedaunan dan gemericik air menyambut kedatangan Solopos.com di sanggar yang terletak di Desa Sumberejo, Kelurahan, Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah ini.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

”Kami satu-satunya di Indonesia, produsen batik yang mengelola dengan sistem seperti itu. Selain kami juga setahu saya tidak ada produsen batik memiliki motif masing-masing kecamatan sampai kelurahan di Kota Semarang,” kata salah satu pengelola Batik Semarang 16, Edi Prayitno, Rabu (24/8/2022).

Strategi ini tidak muncul serta-merta. Edi mengatakan, pihaknya mulai membiasakan studi dan riset setelah mendapatkan tantangan dari ketua Dekranasda Kota Semarang waktu itu, Sinto Sukawi, agar menciptakan motif Semarangan.

Baca Juga: Mengenal Tari Prajuritan Semarang, Bercerita tentang Pasukan Sambernyawa

”Begitu keluar 12 motif khas kami dan segera kami daftarkan di HAKI, muncul kekhawatiran kalau batik bisa dicoret dari daftar warisan dunia jika tidak ada konservasi, maka  segera kami riset lagi. Semua perkakas membatik mulai kami buat sendiri,” beber Edi.

sanggar batik semarang
Pengelola Batik Semarang 16, Edi Prayitno, di depan sanggar. (Ponco Wiyono-Solopos.com)

Sejak saat itu, dari canting, alat pencap malam, sampai tenun pun mulai diproduksi sendiri. Sementara pewarna alami yang biasa didapat dari tanaman-tanaman seperti secang, jelawe, tegeran, dan sumba pun mulai dibudidayakan.

“Ini tanaman kalau tidak ada yang menanam bakal punah. Termasuk sumba yang di zaman kerajaan itu tanaman top,” lanjut lelaki berkacamata ini.

Baca Juga: Tergiur Cuan Besar, Warga Bantul Tertipu Investasi Minyak Goreng Rp12 Miliar

Di lingkungan sanggar seluas 5.000 meter persegi ini, pengunjung akan merasa nyaman lantaran banyak pohon rindang dan kolam berisi aneka ikan.

CEO Batik Semarang 16, Seraci Adeputri Widepuri atau akrab disapa Cici mengatakan, bangunan di dalam sanggar memang dibuat nyaman agar memanjakan pengunjung yang datang untuk belajar membatik.

“Baik dari dalam atau luar negeri, biasanya bertahan sampai beberapa bulan demi menguasai ilmu membatik. Kami menyediakan penginapan yang meski berjumlah tujuh kamar saja tapi kenyamanannya kami jamin sekelas hotel bintang lima di Kota Semarang,” terang Cici.

Baca Juga: Jos! Bapenda Jateng Berinovasi, Bayar Pajak Kendaraan Bermotor Cukup di Bumdes

Cici juga menyediakan studio foto dan restoran yang dilengkapi spot-spot menarik untuk kepentingan fotografi. Perempuan yang baru menyelesaikan studi di Jepang ini mengaku, ia mengincar pasar milenial.

“Jadi kami ingin mereka ke sini dulu, nongkrong di kafe, foto-foto, baru kemudian kami perkenalkan soal batik,” ujarnya.

Di hilir, proses penguraian limbah dilakukan dengan enam kali proses penyaringan di dalam bak. Menurut Cici, pihaknya menggandeng LIPI agar ditemukan proses penguraian yang optimal sehingga air hasil proses penguraian limbah bisa digunakan.

Baca Juga: Kronologi Suporter PSS Sleman Meninggal Dikeroyok Sekelompok Orang di Gamping

”Seperti yang kita lihat, ikan bisa hidup di dalamnya. Bahkan sebenarnya untuk dikonsumsi pun memungkinkan,” jelasnya.

Sementara untuk motif, sejak berdiri sampai saat ini Batik Semarang 16 sudah memiliki lebih dari 2.000 corak. Untuk membuat satu motif baru, proses kajian dilakukan oleh tim dengan pendekatan sejarah dan budaya.

“Seperti motif Kampung Bulusan, itu kami datang ke sana dan mewawancarai sesepuh sana. Hampir semua kecamatan dan kelurahan di kota ini kami miliki motifnya. Harapannya adalah kami bisa turut nguri-uri sejarah kota ini ” tutur Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya