SOLOPOS.COM - Sudarmanto, petani tembakau Dusun Seropan III, Muntuk, Dlingo, Bantul memanen daun tembakau untuk menghindari kerugian besar menjelang musim penghujan datang, Senin (20/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Sudarmanto, petani tembakau Dusun Seropan III, Muntuk, Dlingo, Bantul memanen daun tembakau untuk menghindari kerugian besar menjelang musim penghujan datang, Senin (20/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Pasar tembakau bagi produk Jawa Tengah terus dicari Asosiasi Tembakau Indonesia (APTI) Jateng. APTI Jateng mengakui saat ini petani tembakau masih kesulitas pasar 

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

 

Kanalsemarang.com, SEMARANG- Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Jawa Tengah mengupayakan pangsa pasar bagi petani tembakau yang hingga saat ini masih kesulitan menjual hasil panen komoditas tersebut.

“Dengan kepengurusan APTI yang baru ini salah satu program utama kami adalah melancarkan komunikasi antara pabrikan atau perusahaan pengolah tembakau dengan para petani,” kata Ketua APTI Jateng Trianto seperti dikutip Antara, Jumat (6/2/2015).

Menurutnya, masih banyak petani yang belum bisa menjual hasil panen tembakau secara baik karena tidak terlibat pada kemitraan pabrikan. Bahkan, di beberapa daerah hanya petani yang memiliki kerja sama dengan pabrikan yang berani menanam tembakau.

“Selebihnya yang tidak punya hubungan kemitraan tidak berani menanam karena takut hasil panen tidak terserap oleh pasar, padahal hingga saat ini kita masih mengimpor tembakau,” katanya.

Mengenai kondisi tersebut, pihaknya berharap agar Pemerintah memberikan fasilitas salah satunya pelatihan kepada para petani agar mampu menghasilkan tanaman tembakau yang berkualitas. Selain itu, dari segi pengolahan para petani juga harus diberikan pelatihan yang cukup salah satunya mengenai teknik rajangan tembakau agar sesuai dengan standar pabrikan.

“Memang kalau untuk rokok kretek, hasil rajangan tembakau tidak terlalu diperhatikan. Sedangkan kalau filter, hasil rajangan sangat diperhatikan, salah satunya ciri khasnya hasil rajangan tembakau tersebut harus lembut,” katanya.

Padahal, tren yang terjadi adalah semakin banyak perokok yang lebih memilih rokok filter dibandingkan rokok kretek. Dengan demikian, penyerapan rokok kretek di pasaran semakin rendah.

Sementara itu, pihaknya mengakui komunikasi antara pabrikan dengan petani memang belum berjalan baik karena kevakuman pengurus APTI sejak lima tahun lalu.

“Kondisi ini berdampak pada tidak sesuainya kualitas yang diinginkan oleh pabrikan dengan yang sudah dihasilkan oleh para petani,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya