SOLOPOS.COM - Pelaku pembacokan keluarga di Kalitaman, Salatiga, Wahyu Setyo Wibowo, saat memberi keterangan kepada wartawan di ruang Satreskrim Polres Salatiga, Jumat (20/5/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pembacokan Salatiga yang dilakukan pemuda Kalitaman sempat disaksikan secara langsung oleh Suwarti, tukang pijit yang tengah melayani keluarga korban.

Semarangpos.com, SALATIGA – Pembacokan Salatiga yang dilakukan oleh Wahyu Setyo Wibowo, 31, kepada keluarganya sendiri di Kalitaman RT 003/RW 006, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, memang telah berlalu lebih dari sepekan. Meski demikian, peristiwa yang terjadi Kamis (19//5/2016) pagi lalu itu tak serta merta dilupakan oleh Suwarti, 60.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Saat tragedi Kalitaman yang membuat seorang meninggal dunia dan empat lainnya terluka parah akibat kepala mereka dibacok kapak itu berlangsung, Suwarti tengah berada di lokasi dan menyaksikan langsung kekejaman Wahyu. Suwarti bahkan merupakan satu-satunya saksi mata aksi brutal Wahyu yang menganiaya keluarganya sendiri dengan kapak.

Ayahnya, Slamet Wahono, 70, ibunya, Tumiyem, 70, nenek Surtijah, 90, adik perempuan, Wuwu Handayani, 28, hingga keponakan yang masih berusia lima tahun, Andika, menjadi sasaran kebrutalan Wahyu. Belakangan nenek Surtijah tak mampu bertahan dan meninggal dunia, Minggu (22/5/2016).

Saat itu, Mbah Tati—sapaan Suwarti—yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat panggilan, baru saja selesai memijat Andika dan ibunya, Wuwu. Warga Karangduwet, Desa Kaliwungu, Kecamatan Tingkir itu pun lantas berdiri di depan rumah keluarga Slamet Wahono untuk menunggu jemputan dari suaminya, Hapsono.

Ia menunggu jemputan itu ditemani Slamet yang tengah mengecat bak truk di depan rumah. Tiba-tiba, Wahyu datang dengan membawa kapak dan langsung menyerang Slamet di bagian kepala.

“Saya sempat berteriak, Wahyu lantas menyerang saya dan sempat saya tangkis pada bagian gagang kapak itu. Setelah kejadian itu tangan saya pun sempat memar dan terasa nyeri selama dua hari,” ujar Suwarti saat berbincang dengan Semarangpos.com di rumahnya, Rabu (25/5/2016).

Diabaikan Pemuda Kalitaman
Suwarti menambahkan setelah lolos dari serangan pelaku, ia pun berlari ke jalanan menuju arah Pemandian Kalitaman yang banyak terdapat banyak pemuda setempat. Namun, saat itu tak ada warga yang terlihat mengubrisnya sehingga pelaku dengan leluasa menyerang anggota keluarga yang lain.

“Baru setelah polisi datang, Wahyu bisa dilumpuhkan. Saat itu, polisi memang cepat datang karena mereka sedang menggelar razia kendaraan di dekat situ [depan Gedung Pemerintah Daerah Kota Salatiga],” ungkap Suwarti.

Suwarti melihat satu per satu Wahyu menyerang keluarganya, mulai dari Slamet, Tumiyem, Andika dan Wuwu. Untuk Surtijah, Suwarti tak melihat proses penganiayaannya. “Saat itu, saya enggak melihat Wahyu menyerang Mbah Minto [Surtijah]. Kemungkinan Mbah Minto sudah lebih dulu diserang saat berada di dapur,” imbuh Suwarti.

Dari kelima anggota keluarga itu, Surtijah menjadi satu-satunya korban yang nyawanya tak bisa tertolong. Ia meninggal saat menjalani perawatan di RST Dr Asmir, Salatiga, Minggu malam.

Sementara itu, Slamet dan anak perempuannya, Wuwu, sudah dalam kondisi sehat dan diizinkan pulang. Namun, istri Slamet, Tumiyem dan anak Wuwu, Andika, hingga saat ini masih menjalani perawatan di RST dr. Soedjono, Magelang, dan RSU Tugurejo, Semarang, karena mengalami luka di bagian syaraf.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya