SOLOPOS.COM - Kabul Basuki alias Tessy Srimulat (JIBI/Detik)

Pemberantasan narkoba terus dilakukan oleh sejumlah pihak, termasuk artis yang pernah memakainya.

Semarangpos.com, SEMARANG-Pelawak Tessy Srimulat mengajak masyarakat untuk menjauhi narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) karena tidak ada enaknya mengonsumsinya, apalagi kalau sampai kecanduan.

Promosi Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback

“Saya adalah termasuk korban narkoba. Ya, semuanya memang karena lingkungan, namun saya tidak mau salahkan siapa-siapa. Kalau mau menyalahkan, ya, diri sendiri,” katanya di Semarang, Jumat (15/1/2016)  malam.

Hal tersebut diungkapkan pemilik nama asli Kabul Basuki itu di sela jumpa artis film “Merry Go Ground” (Berputar atau Keluar) dan “True Heart” (Ketulusan Hati) yang mengisahkan tentang pecandu narkoba.

Deretan artis yang tergabung dalam Gerakan Artis Peduli Narkoba (GAPN) hadir dalam kesempatan itu, sekaligus mengawali Musyawarah Wilayah Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) Indonesia Bersatu Jateng.

Tessy menceritakan sebenarnya malu di usianya yang sudah senja malah terjerat dengan narkoba, apalagi barang haram itu sampai menggerogoti harta benda yang sudah susah payah dikumpulkannya selama ini.

“Uang yang saya dapat kemarin dari bekerja semakin menipis digerogoti narkoba. Bukan hanya dari keuangan, keluarga saya juga jadi jauh. Narkoba itu tidak ada enaknya, tidak ada untungnya,” ujarnya.

Bahkan, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 31 Desember 1947 yang pernah menjadi anggota Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL (sekarang Korps Marinir) itu mengatakan narkoba juga bisa merenggut nyawa.

“Makanya, adik-adik jangan coba-coba [narkoba] karena bisa kena. Yang sudah make, cepat dihilangkan. Yang sudah mencandu segera datangi instansi terkait untuk mendapatkan rehabilitasi,” katanya.

Meski sempat tertangkap polisi karena mengonsumsi narkoba, Tessy mengaku bersyukur karena jika dulu tidak tertangkap kemungkinan masih mengonsumsinya sampai sekarang dan tidak mendapatkan rehabilitasi.

“Namun, saya sampaikan polisi jangan arogan. Pengalaman saya dulu. Mesin mobil saya belum mati, tiba-tiba saya sudah ditodong pistol dan diborgol. Tidak mungkin saya lari, mau lari ke mana?” katanya.

Kepolisian, terutama yang menangani narkotika, lanjut dia, semestinya memahami upaya pencegahan, penyelamatan, dan pengamanan, sebab penanganan pemakai narkoba berbeda dengan penanganan teroris.

“Saya bukan teroris, bukan bandar (narkoba, red.), bukan pula pecandu. Saya hanya korban. Kalau bandar ditembak mati, saya setuju. Namun, kalau pengguna-pengguna ini jangan dong. Harus direhabilitasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya