SOLOPOS.COM - Penjabat Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi saat menyampaikan arahan dalam rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang berlangsung di Hotel Grand Wahid Salatiga, Rabu (23/8/23). (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga optimistis target angka stunting 0% pada akhir tahun 2024 akan tercapai.

Hal itu diungkapkan Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi setelah melihat progres program gerakan penurunan stunting yang menjadi bagian dari penanganan penanggulangan kemiskinan pada semester pertama di tahun 2023.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Dalam laporan semester pertama itu, Sinoeng menilai sudah menunjukkan capaian yang diharapkan. Namun demikian, Sinoeng mendesak Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk bisa memberikan data by name by address.

Pada Rapat Koordinasi TPPS yang berlangsung di Hotel Grand Wahid Salatiga, Rabu (23/8/2023), Sinoeng mendapati penurunan angka stunting dan kemiskinan sudah on the right track. Namun masih perlu akselerasi dalam penanganannya disertai frekuensi untuk terjun ke bawah.

“Saya ingin melibatkan teman-teman dari perguruan tinggi UKSW, UIN dan STIE AMA, sehingga nanti pada awal September sudah bisa melakukan evaluasi paruh waktu. Harapannya, bisa percepat untuk lebih menurun pada angka yang kita targetkan menjadi 0% pada akhir 2024. Keyakinan saya, insyaallah orkestrasi antarelemen ini akan bisa tercapai,” terang Sinoeng.

Kepala Bappeda selaku Ketua TPPS Kota Salatiga, Agung Hendratmiko, menyampaikan Pemkot Salatiga telah menyalurkan bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk anak balita stunting, Posyandu, dan ibu hamil di empat kecamatan.

Agung juga memaparkan jumlah stunting di masing-masing kecamatan, yaitu Kecamatan Sidorejo terdapat 155 anak balita stunting, 73 Posyandu, 48 ibu hamil berisiko tinggi, dengan anggaran Rp809.980.000. Lalu, Kecamatan Tingkir terdapat 174 anak balita stunting, 73 Posyandu, dan 69 ibu hamil berisiko tinggi dengan total anggaran Rp854.908.800.

Kemudian Kecamatan Argomulyo ada 86 anak balita stunting, 83 Posyandu, dan 30 ibu hamil berisiko tinggi dengan total realisasi anggaran Rp791.870.000. Sedangkan Kecamatan Sidomukti terdapat 158 berita stunting, 57 Posyandu, dan 46 ibu hamil risiko tinggi dengan total realisasi anggaran Rp670.572.000.

TP PKK Kota Salatiga juga telah melakukan upaya percepatan penurunan stunting, khususnya di delapan kelurahan melalui kegiatan Tepak Darling. Sedangkan, melalui program Super Tangguh, masing-masing OPD di kelurahan dampingan masing-masing telah berkolaborasi dengan berbagai mitra stakeholder.

“Di bawah koordinasi DP3AP2KB telah pula dilakukan audit kasus stunting untuk melakukan sampling bedah kasus stunting. Tujuannya untuk mengetahui secara pasti penyebab kasus stunting dan kemudian memberikan rekomendasi kepada OPD teknis terkait percepatan tindak lanjut penyelesaiannya,” ujar Agung.

Selanjutnya Agung mengungkapkan perhitungan di aplikasi e-PPGBM, prevalensi stunting di Kota Salatiga sejak Januari 2023 sampai dengan Juli 2023 mengalami penurunan sebesar 43,72 persen. Dengan angka prevalensi stunting sebesar 11 persen pada Januari menjadi 6,19 persen saat Juli 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya