SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Ilustrasi HIV/AIDS

Ilustrasi HIV/AIDS (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah menilai penutupan lokalisasi justru membuat upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS kian sulit.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

“Lokalisasi kan hanya tempat untuk berhubungan seks, bertransaksi secara langsung,” kata Direktur Eksekutif Daerah PKBI Jateng Elisabeth S.A Widyastuti seperti dikutip Antara, Senin (1/9/2014).

Penutupan lokalisasi, menurut dia, sama dengan menutup suplai, tetapi “demand” (permintaan) tidak berubah sehingga akan muncul dan terbentuk “pasar-pasar” baru dengan sendirinya.

Apalagi, kata dia, di era teknologi modern seperti sekarang ini transaksi seks tidak harus dilakukan atau datang ke lokalisasi, melainkan bisa terjadi di tempat-tempat lainnya.

“Selama tidak ada upaya membatasi ‘demand’, dalam arti laki-laki pencari seks, penutupan lokalisasi yang menjadi suplai atau ‘pasarnya’ tidak akan berpengaruh banyak,” katanya.

Ia mengatakan lokalisasi sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah agar transaksi seks tidak menyebar ke tempat-tempat lain, melainkan terlokalisir di tempat-tempat yang tertentu.

Dari perspektif kesehatan, ia mengakui keberadaan lokalisasi memang membuat upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS lebih mudah karena objek pantauannya terlokalisir di satu lokasi tertentu.

Meski demikian, kata dia, keberadaan lokalisasi dari sudut pandang perempuan juga menimbulkan persoalan tersendiri karena para wanita pekerja seks (WPS) tidak serta merta ingin bekerja di lokalisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya