SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Siswa SD JIBI/Harian Jogja/Antara

Pendidikan Semarang, para siswa SD di Jabungan ke sekolah dengan menyeberangi sungai.

Semarangpos.com, SEMARANG – Meski berstatus sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan salah satu kota besar di Indonesia, di Semarang ternyata masih ditemui peristiwa yang mengharukanterkait perjuangan para siswa sekolah dasar (SD) demi mendapatkan pendidikan.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Seperti yang terlihat di Jabungan, Kecamatan Banyumanik. Para siswa SD di desa itu harus rela bertaruh nyawa dengan menyeberangi setiap harinya untuk menuju ke sekolah.

Akses menuju sekolah yang menantang maut itu harus dijalani para siswa SD Jabungan menyusul tidak adanya jembatan penyeberangan.

Salah satu siswa SDN Jabungan, Rahman Oktaviano, mengaku sudah sejak kelas I hingga sekarang, kelas VI, selalu melewati Sungai setiap berangkat maupun pulang sekolah.

“Kalau habis hujan deras, biasanya digendong pas nyeberang karena sungainya pasti deras. Enggak berani kalau berangkat sendiri. Teman-teman juga begitu biasanya,” kata Rahman dilansir laman berita Antara, Selasa (21/3/2017).

Sungai Kethekan setiap harinya biasa dilewati anak-anak yang tinggal di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, itu memang tak terlalu deras arus airnya. Namun, terkadang arus sungai menjadi besar, terutama setelah turun hujan sehingga harus dipasang seutas tali yang digunakan anak-anak pegangan agar bisa menyeberang.

Ndak apa-apa, sudah biasa. Ya, tetap semangat saja. Kalau sekarang ini, jarang hujan jadi airnya tidak begitu deras,” kata siswa lain yang menimba ilmu di SDN Jabungan, Dinda Sukma.

Menurut Suratman, warga setempat, sebenarnya dulu pernah ada jembatan dari bambu yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Tetapi, jembatan itu hanya bertahan sementara karena hanyut setelah diterjang arus sungai yang deras.

“Sudah lama sekali. Ya, akhirnya anak-anak harus menyeberang sungai langsung. Paling hanya 10-15 menit sampai, namun kalau memutar bisa lebih lama karena jaraknya hampir dua kilometer,” katanya.

Suratman menambahkan setidaknya ada empat dusun di Kelurahan Jabungan yang anak-anaknya bersekolah di SD Negeri Jabungan dan setiap harinya harus melewati sungai selebar 30 meter itu.

Kepala SDN Jabungan, Suryanto menyebutkan setidaknya ada 40 siswanya yang setiap hari harus melawan arus sungai untuk menimba ilmu, baik berangkat maupun pulang sekolah.

“Ya, tentu saja kami waswas. Apalagi, kalau pas musim hujan karena airnya deras. Kami imbau orang tua untuk mengantarkan mereka saat berangkat sekolah. Jangan sampai menyeberang sendiri,” tutur Suryanto.

Ia berharap Pemerintah Kota Semarang segera membuatkan jembatan penghubung untuk akses anak-anak agar bisa mendapatkan pedidikan dengan nyaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya