SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar.(JIBI/Solopos/Antara)

Pendidikan Semarang menurut disdik setempat belum akan diwarnai merger sekolah dasar (SD).

Semarangpos.com, SEMARANG — Dinas Pendidikan Kota Semarang memastikan belum akan melakukan merger atau penggabungan sekolah dasar (SD) negeri di wilayah setempat pada tahun 2017 ini. Namun, diakui sudah adanya beberapa SD yang kekurangan siswa.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

“Memang ada beberapa SD yang kekurangan siswa, tetapi kan tidak bisa dimerger begitu saja. Harus dikaji secara menyeluruh,” kata Kepala Disdik Kota Semarang, Bunyamin, di Kota Semarang, Jumat (7/7/2017).

Dari hasil Penerimaan Peserta Didik (PPD) Kota Semarang 2017, diakui Bunyamin, terdapat sejumlah SD negeri yang jumlah pendaftarnya minim, seperti SDN Mangkang Kulon 03 yang hanya mendapatkan delapan siswa dari kuota 40 siswa. Ada pula, SDN Kandri 02 yang hanya menerima tujuh siswa, SDN Wonodri hanya mendapatkan enam siswa, dan SDN Gabahan juga hanya mendapatkan empat siswa dari kuota yang tersedia sebanyak 37 kursi.

[Baca juga Separuh SD di Kudus Terancam Merger]

Meski demikian, Bunyamin memastikan keberlangsungan pembelajaran di SD-SD yang siswanya minim itu tetap berjalan baik karena pendidikan merupakan hak warga negara. “Sedikit atau banyak siswa tidak masalah dan kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan dengan baik,” tegasnya.

Menurut dia, merger atau re-grouping SD beberapa kali dilakukan Disdik Kota Semarang terhadap sekolah-sekolah yang siswanya sedikit untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Namun, kata dia, merger di dunia pendidikan tidak mungkin dilakukan jika suatu sekolah masih sangat dibutuhkan masyarakat daerah setempat meskipun jumlah siswanya sedikit, misalnya karena akses ke sekolah lain jauh.

Ia mengakui banyak penyebab sekolah minim pendaftar, terutama SD, antara lain habisnya anak usia sekolah di suatu daerah karena sudah beranjak dewasa, bisa juga jumlah lembaga pendidikan dasar di Semarang terlalu banyak. “Bisa jadi di suatu daerah itu ada sekolah lain, misalnya madrasah [MI], dan orang tua siswa lebih memilih sekolah tersebut atau memang anak usia sekolah di wilayah tersebut sudah tidak ada,” katanya.

Yang jelas, simpul Bunyamin, penggabungan SD akan dilakukan sesuai kebutuhan, sebab perkembangan persebaran penduduk juga berpengaruh, seiring dengan banyaknya perumahan baru di daerah pinggiran. “Sekarang ini kan banyak perumahan berkembang di wilayah pinggiran. Makanya, kami kaji dulu. Kalau kami merger, sementara di situ nanti banyak perumahan baru kan malah kesulitan mencari sekolah,” kata Bunyamin.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya