SOLOPOS.COM - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir. (JIBI/Solopos/Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Pendidikan tinggi di Indonesia sangat tertinggal dalam urusan publikasi internasional dari negara-negara tetangga.

Semarangpos.com, SEMARANG — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir menyebutkan memasuki bulan ketiga tahun 2017 ini sudah ada 11.367 jurnal yang terpublikasi secara internasional.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

“Per 13 Maret, publikasi ilmiah dari Indonesia sudah mencapai 11.367 jurnal. Ini sangat luar biasa untuk mendorong perguruan tinggi menjadi lebih baik,” katanya di sela-sela Rapat Kerja Nasional Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP-PTSI) di Semarang, Sabtu (18/3/2017).

Ia mengatakan dorongan pemerintah kepada insan pendidikan tinggi untuk meningkatkan publikasi karya ilmiahnya secara internasional, terutama bagi guru besar sempat menimbulkan kegaduhan. “Apalagi, dengan keluarnya Peraturan Menristek Dikti Nomor 20/2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Diponegoro Semarang itu.

Namun, kata mantan Rektor terpilih Undip tersebut, ternyata dorongan itu membuahkan hasil dengan meningkatnya publikasi jurnal internasional di kalangan perguruan tinggi. Menurut dia, dorongan publikasi internasional itu harus dilakukan karena selama ini insan pendidikan tinggi Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

“Pada 2014, publikasi kita hanya 6.380 jurnal, Malaysia sudah 28.000 jurnal, Singapura sudah 19.000 jurnal, dan Thailand sudah mempublikasikan sekitar 13.000 jurnal,” katanya.

Pada 2016, kata dia, publikasi internasional dari perguruan tinggi di Malaysia turun jadi 24.000 jurnal, sementara di Indonesia meningkat menjadi 9.989 jurnal dari target 6.250 jurnal. Ia menyebutkan Indonesia memiliki sekitar 5.600 guru besar dan 28.000 lektor kepala yang selama ini masing-masing selama ini hanya mampu mempublikasikan 2.000 jurnal/tahun.

“Publikasi dari mahasiswa paling banyak. Publikasi tidak hanya bisa dilakukan mahasiswa S-3 dan S-2, S-1 pun bisa dengan bimbingan baik, penulisan baik, mereka bisa publikasi,” katanya.

Apalagi, kata dia, guru besar yang selama ini sudah mendapatkan tunjangan kehormatan sehingga diwajibkan untuk bisa aktif mempublikasikan jurnal ilmiah atau tunjangannya dicabut. “Kami ingin mengetahui feedback-nya seperti apa. Untuk lektor kepala, kami pertimbangkan pemberian insentif bagi mereka yang bisa melakukan publikasi jurnal internasional,” katanya.

Evaluasi atas kebijakan mendorong publikasi jurnal pendidikan tinggi ke tingkat internasional akan dilakukan 30 November 2017, kata Nasir yang optimistis akan ada peningkatan publikasi yang sangat signifikan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya