SOLOPOS.COM - Ilustrasi difabel (istimewa)

Pengawasan media yang dilakukan KPID meminta televisi memperhatikan kaum difabel.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah meminta kepada lembaga penyiaran publik televisi dan radio memberikan perhatian serius kepada penyandang difabel.

Promosi BRI Meraih Dua Awards Mobile Banking dan Chatbot Terbaik dalam BSEM MRI 2024

Komisioner KPID Jawa Tengah (Jateng) Asep Cuwantoro mengatakan selama ini perhatian dari lembaga penyiaran publik (LPP) terhadap difabel masih minim.

“Kami meminta agar LPP memberikan perhatian serius dengan memberikan kesempatan kepada difabel untuk tampil mengisi acara di televisi dan radio,” katanya kepada solopos.com di Semarang, Selasa (1/9/2015).

LPP lanjut dia harus memberikan perlakuan yang sama terhadap difabel atau penyandang cacat sebagaimana perlakuan terhadap orang normal.

Pasalnya, menurut Asep dengan tampil di telivisi atau siaran di radio merupakan bagian bentuk pemberdayaan difabel dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.

“LPP juga wajib memenuhi hak-hak penyandang difabel untuk mendapatkan layanan siaran yang ramah bagi meraka karena masih ada lelucon di acara televisi yang mendiskriminasikan kaum difabel,” ungkapnya.

Padahal imbuh Asep UUD 1945 sudah memberikan perlindungan terhadap penyandang difabel. Hanya sayangnya UU No. 32/2002 tentang Penyiaran kurang memberikan tempat bagi kaum difabel.

“Komisi Penyiaran Indonesia [KPI] sebenarnya Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran [P3SP] sudah berupaya memberikan perlindungan kepada kaum difabel,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Yayasaan Sasana Integritas dan Advokasi Difabel (Sigapl) Joni Yulianto mengungkapkan media televisi belum memberlakukan penyandang difabel setara dengan masyarakat biasa.

Media televisi, menurut dia, belum memiliki agenda keberpihakan terhadap panyandang difabel. Joni mempunyai pengalaman dikejar reporter salah satu stasiun televisi untuk wawancara.

“Saya akan diangkat sebagai tokoh difabel pada salah satu program yang mengeksploitasi penyandang difabel. Saya tolak karena sampai tahapan menghina,” ungkap dia.

Joni berharap media masa bisa menjadi alat untuk mengkampanyekan kepedulian terhadap penyandang disabilitas. ”Media jangan sekadar menginformasikan tentang kecacatannya saja tetapi kiprah dari kaum difabel,” harap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya