SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji bersubsidi. (Ilustrasi/Solopos Dok).
Solopos.com, CILACAP — Aparat Polresta Cilacap mengungkap praktik pengoplosan elpiji bersubsidi yang dilakukan dengan cara mengoplos elpiji 3 kilogram ke dalam tabung 12 kg. Kapolresta Cilacap, Kombes Pol Fannky Ani Sugiarto, mengatakan kasus itu terungkap berkat informasi dari masyarakat.
“Informasi diterima anggotaa kami pada tanggal 28 Februari 2023,” ujar Kapolresta Cilacap.
Fannky menambahkan informasi yang diterima aparat Polresta Cilacap itu berkaitan dengan adanya aktivitas penyalahgunaan elpiji bersubsidi dengan cara oplos atau memindahkan elpiji dari tabung 3 kg ke dalam tabung 12 kg kosong di rumah pelaku SRT, 54, Jalan Madukara RT 001 RW 002, Desa Tritih Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap.
Atas dasar informasi tersebut, lanjut dia, petugas Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Satreskrim Polresta Cilacap mendatangi lokasi dan mendapati suasana yang menunjukkan jika di tempat itu baru dilakukan kegiatan pemindahan elpiji bersubsidi ke dalam tabung kosong berukuran 12 kg.
Atas dasar informasi tersebut, lanjut dia, petugas Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Satreskrim Polresta Cilacap mendatangi lokasi dan mendapati suasana yang menunjukkan jika di tempat itu baru dilakukan kegiatan pemindahan elpiji bersubsidi ke dalam tabung kosong berukuran 12 kg.
“Di tempat itu, petugas menemukan alat-alat yang diduga digunakan untuk melakukan penyalahgunaan elpiji bersubsidi,” jelasnya.
Terkait dengan temuan tersebut, Kapolresta mengatakan petugas Unit Tipiter Polresta Cilacap segera mengamankan SRT beserta seorang rekannya berinisial NT, 47, warga Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap Selatan.
“Berdasarkan pemeriksaan, elpiji 12 kg hasil oplosan itu dijual ke warung-warung dengan harga Rp180.000 hingga Rp200.000 per tabung. Perbuatan itu sudah dilakukan hampir satu tahun,” katanya.
Menurut dia, SRT dan NT yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu hanyalah penjual biasa dan tidak terdaftar sebagai agen elpiji, sedangkan elpiji bersubsidi yang digunakan untuk mengisi tabung 12 kg itu dibeli dari warung-warung.
Selain itu, kata dia, praktik pengoplosan elpiji tersebut merupakan perbuatan ilegal dan dilakukan tersangka untuk memperoleh keuntungan karena dalam satu bulan bisa mendapatkan untung hingga Rp10 juta.
Menurut dia, elpiji 12 kg oplosan yang beratnya tidak sesuai takaran dan telah beredar di warung-warung itu sudah ditarik dari pasaran.
Terkait dengan perbuatan tersebut, Kapolresta mengatakan kedua tersangka dijerat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda Rp60 miliar.