Jateng
Selasa, 2 Agustus 2022 - 21:44 WIB

Penjual Bendera di Salatiga Mulai Marak, Omzet Capai Rp2 Juta per Hari

Hawin Alaina  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang penjual bendera di Salatiga saat melayani pembeli, Selasa (2/8/2022). (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Menjelang Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, penjual bendera kembali menjamur di berbagai daerah, tak terkecuali di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng). Beberapa titik di jalan raya sangat mudah dijumpai penjual bendera.

Salah satunya yang berada di Jalan Adi Sucipto No. 24, tepatnya di depan Kantor Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Wilayah Ungaran. Seorang pedagang bendera, Diki Nasrul, mengaku sudah berjualan bendera di Kota Salatiga sejak tahun 2015. Tahun ini pun ia memutuskan untuk kembali berjualan bendera di Kota Salatiga bersama 15 orang temannya.

Advertisement

”Sudah berjualan di sini sejak 17 Juli kemarin,” ujar Diki kepada Solopos.com, Selasa (2/8/2022).

Diki mengaku berjualan di Kota Salatiga atas instruksi bosnya. Ia pun lantas mengajak teman-temannya, yang merupakan tetangganya untuk ikut berjualan di Kota Salatiga.

Untuk harga, Diki mengaku menjual bendera dengan harga paling murah Rp15.000 hingga Rp300.000, tergantung dari ukuran dan jenisnya. Jika sedang ramai pembeli Diki mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp2 juta setiap harinya.

Advertisement

Baca juga: Mantan Wali Kota Salatiga Yuliyanto Laporkan Sekda, Ini Persoalannya

Diakuinya pasca-pandemi Covid-19 mereda, ada kenaikan pembeli mencapai 70%. Hal itu dikarenakan, Hari Kemerdekaan pada tahun ini kembali dirayakan dengan meriah dan penuh dengan pawai atau karnaval.

“Tahun ini kan ada karnaval lagi,” ungkapnya.

Advertisement

Sementara itu, seorang pembeli, Kusniarti, mengaku cukup terbantu dengan adanya penjual bendera musiman di pinggir jalan. Hal itu dikarenakan ia mendapat kemudahan untuk membeli bendera dengan harga yang terjangka karena bisa ditawar. Selain itu, bendera yang ditawarkan juga cukup beragam.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Truk Tangki Pertamina di Semarang

“Lebih ngirit dan harganya bisa ditawar. Tapi kepanasan,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif