Jateng
Rabu, 9 Februari 2022 - 11:33 WIB

Perahu Kuno Rembang, Jejak Pelaut Nenek Moyang Orang Indonesia

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perahu Kuno saat awal diketemukan pada 2008 silam (Instagram/@ malamuseum)

Solopos.com, REMBANG — Indonesia adalah negara maritim yang melegenda. Tak heran jika banyak peninggalan aktivitas kemaritiman nenek moyang, salah satunya perahu kuno di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Dilansir dari Jatengprov.go.id, Rabu (9/2/2022), berlokasi di Dusun Jetakbelah, Desa Punjulharjo, perahu kuno ini disinyalir berasal dari abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Perahu yang panjangnya sekitar 15 meter itu berada di aula gedung yang dikelilingi besi. Di sekitar perahu itu ada papan berisi keterangan awal mula penemuan benda bersejarah tersebut.

Advertisement

Dari keterangan tersebut tertulis bahwa cerita penemuan situs perahu ini berawal dari tahun 2008. Saat itu, penduduk pesisir pantai Desa Punjulharjo, Rembang tanpa sengaja menemukan perahu kuno pada kedalaman dua meter saat menggali tanah untuk membuat tambak. Lokasi ditemukannya perahu ini berada di sekitar 500 meter dari pantai.

Baca juga: Candi Baru, Jejak Orang Kaya di Semarang Tempo Dulu

Advertisement

Baca juga: Candi Baru, Jejak Orang Kaya di Semarang Tempo Dulu

Analisa Arkeologis

Temuan itu pun langsung menyedot perhatian warga hingga peneliti. Balai Arkeologi Yogyakarta pun melakukan penelitian dengan menganalisa sampel tali ijuk perahu. Hasilnya menunjukan bahwa perahu kuno itu berasal dari abad 7-8 Masehi atau antara tahun 660-780 Masehi.

Sementara itu, dikutip dari Kemendikbud.go.id, jika dikaitkan dengan konteks sejarah, abad ke-7-8 Masehi adalah masa awal berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Berdasarkan hasil analisa juga menunjukan bahwa Perahu Kuno di Rembang itu dikenal dengan nama Perahu Punjulharjo.

Advertisement

Baca juga: Sejarah Puri Gedeh Semarang, Bangunan Elite Peninggalan Belanda

Teknik ini dikenali dari adanya tonjolan-tonjolan segi empat (tambuku) dengan lubang-lubang di permukaan yang digunakan untuk mengikat papan dan papan dengan gading-gading. Bahan yang digunakan untuk mengikat didominasi ijuk. Selain itu juga ditemukan ikatan yang menggunakan rotan.

Papan yang ada pada perahu diketahui juga berasal dari kayu jenis suku Sapotaceae Marga Palaquim Species Palaquim yang juga dikenal dengan nama kayu nyatoh. Sementara itu, sampel kayu panjang  merupakan jenis kayu dari suku Olacaceae Marga Scorodacarpus Species S. Borneensis atau yang dikenal dengan kayu kulim. Sedangkan sampel pasak kayu berasal dari jenis kayi suku Myrtaceae Marga Melalueca Species Melaleuca leucadendron atau yang dikenal sebagai kayu putih.

Advertisement

Baca juga: Ini Wujud 2 Naga Raksasa Penjaga Telaga Sarangan

Nenek Moyang Orang Indonesia

Selain Balai Arkeologi Yogyakarta, proses penelitian situs peninggalan perahu kuno di Desa Punjulharjo, Rembang ini juga melibatkan beberapa pihak, seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, dan Direktorat Peninggalan Bawah Air. Tidak lupa juga, ahli arkeologi maritim dari EFFO, Peranics bernama Prof. P.Y. Manguin.

Menurut Manguin, dengan mengambil sampel tali ijuk untuk pengujian pertanggalan perahu melalui analisa radiokarbon, kawasan maritim Asia Tenggara sudah mengenal teknik pembuatan perahu sejak abad 7 hingga 8 Masehi dengan teknik khasnya. Yaitu menggunakan tali ijuk (arrenga pinnata) dan pasak kayu untuk membentuk badan perahu yang juga dikenal dengan teknik papan ikat atau kupingan pengikat (sewn-plank and lushed plug technique).

Advertisement

Manguin juga mengatakan bahwa kapal ini tidak karam, melainkan ditinggalkan oleh pemiliknya. Karena terendam air laut, kayu  kapal menjadi awet dan tidak mudah hancur. Sampai saat ini, tempat ini masih diteliti oleh ahli-ahli arkeolog dan menjadikannya sebagai Cagar Budaya yang harus dilindungi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif