Jateng
Rabu, 8 Maret 2023 - 21:18 WIB

Perhatian! Ada 13 Sesar Aktif di Pantura Jateng, Ini Daftarnya

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gempa. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 13 sesar lokal aktif yang tersebar di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Tengah (Jateng) dan sewaktu-waktu berpotensi menimbulkan gempa bumi berkekuatan besar.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, Heri Susanto Wibowo, mengatakan sesar aktif di Pantura itu tersebar di sejumlah daerah antara lain Kabupaten Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, Grobogan, Jepara, dan Pati.

Advertisement

Sedangkan 13 sesar aktif di Pantura Jateng itu terdiri dari sesar Baribis Kendeng yang meliputi segmen Brebes, segmen Weleri, segmen Pekalongan, segmen Pemalang, segmen Semarang, segmen Grobogan, segmen Ajibarang, segmen Rawapening dan segmen Kendeng yang memiliki panjang bervariasi.

“Dengan kondisi wilayah Pantura yang mayoritas struktur tanahnya lunak, ada potensi yang bisa memperbesar efek guncangan gempa. Apalagi jenis tanah lunak memiliki risiko tingkat kerusakan yang lebih parah ketimbang tanah yang keras. Kalau panjang bervariasi, ada yang sampai 100 kilometer. Tapi intinya, semakin panjang sesarnya, diprediksi semakin besar potensi gempanya,” kata Heri kepada Solopos.com, Rabu (8/3/2023).

Selain sesar di wilayah Pantura Jateng, masih ada beberapa sesar lokal yang belum teridentifikasi di Jateng. Sesar yang belum teridentifikasi itu juga mampu menimbulkan gempa besar seperti kejadian gempa di Cianjur, beberapa waktu lalu.

Advertisement

“Dan ternyata untuk wilayah Jateng banyak sekali yang belum teridentifikasi. Untuk dampaknya bisa membuat kekuatan gempa yang besar, contohnya di Cianjur dan Dieng yang mana ada sesar belum teridentifikasi tapi memiliki energi besar yang dilepaskan. Cuma memang kami tidak bisa menyebutkan berapa banyak sesar yang seperti itu. Butuh kajian mendalam dan harus detail secara teknisnya,” ungkapnya.

Mengantisipasi hal tersebut, lanjut Heri, pihaknya telah berusaha memperkuat mitigasi sekaligus meningkatkan kapasitas bagi masyarakat yang tinggal di lokasi rawan gempa. Terutama meningkatkan pemahaman untuk memperkuat kontruksi bangunan supaya tahan gempa.

“Kami belum mengidentifikasi apakah gedung atau masjid sekolah di Jateng tahan gempa atau tidak. Tetapi kalau suatu wilayah pernah mengalami gempa dan bangunannya retak maka tempat itu tidak tahan gempa. Seperti di Ambarawa yang banyak rumah retak, sehingga menandakan bangunan itu tidak tahan gempa,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif