SOLOPOS.COM - Ilustrasi kamar hotel (JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone)

Ilustrasi hotel

Ilustrasi (JIBI/Bisnis/Dok.)

Kanalsemarang.com, SEMARANG—Pelaku usaha hotel kesulitan menaikkan tarif kamar seiring dengan kenaikan harga elpiji ukuran tabung 12 kilogram dan kenaikan tarif dasar listrik, kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Tengah Heru Isnawan.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Kalau menaikkan harga sulit kami lakukan terutama untuk hotel bintang 3 dan 4 karena selisih tarif kamar dengan bintang lima sangat kecil,” ujarnya seperti dikutip Antara, Senin (6/10/2014).

Menurutnya, upaya yang bisa dilakukan di antaranya menghemat penggunaan listik dan mengurangi diskon yang diberikan kepada para tamu hotel.

“Saat ini kompetisi hotel berbintang sangat ketat, kondisi inilah yang mempersulit kami mau menaikkan harga,” jelasnya.

Heru juga berharap pelaku bisnis hotel tidak melakukan upaya pemasaran yang asal-asalan, misalnya hotel bintang lima menyasar ke konsumen bintang tiga dengan cara menurunkan tarif kamar.

“Seharusnya rata-rata penjualan kamar untuk hotel bintang lima di kisaran Rp500.000, tetapi saat ini sudah banyak yang memberikan tarif sekitar Rp400 ribuan,” jelasnya.

Heru sendiri mengatakan, konsumsi energi berkontribusi sekitar 30% dari keseluruhan biaya operasional hotel, sehingga kenaikan tarif listrik dan harga elpiji nonsubsidi tersebut cukup memengaruhi biaya operasional hotel.

Sementara itu, Heru mengatakan bertambahnya jumlah hotel di Semarang menambah ketatnya persaingan bisnis hotel. Mengenai kondisi tersebut pihaknya berharap agar Pemerintah mengeluarkan moratorium atau penundaan pembangunan hotel baru di Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya