SOLOPOS.COM - Para pengunjung tengah melihat-lihat jeruk pamelo mutia di stan Kabupaten Kudus pada acara Festival Buah Jateng 2 2017 di halaman depan Gedung Pemprov Jateng, Semarang, Sabtu (4/3/2017). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pertanian di Jateng, hasil produksi perkebunannya dipamerkan dalam Festival Buah Jateng II 2017.

Semarangpos.com, SEMARANG – Berbagai hasil komoditas pertanian dan perkebunan di Jawa Tengah (Jateng) tersaji di Festival Buah Jateng II yang digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (4-5/3/2017) di halaman depan Kantor Pemprov Jateng, Jl. Pahlawan, Semarang. Mulai dari durian, duku, pisang, sawo, pepaya, hingga cabai rawit, dan sayuran organik dijual dengan harga yang relatif murah pada festival yang diikuti 32 stan dari seluruh kabupaten dan kota di Jateng itu.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Ke-32 stan itu bersaing untuk memikat hati para pengunjung dengan menyajikan komoditas buah yang selama in menjadi produk unggulan daerah, seperti di stan Pemkab Kudus. Di stan ini tersaji duku khas Kudus yang buahnya besar dan manis. Selain duku, Pemkab Kudus juga menampilkan jeruk khas Kudus, yakni pamelo mutia, yang pernah menyabet juara 1 dalam lomba komoditas jeruk unggulan tingkat nasional.

Koordinator Mantri Tani Kecamatan Bejobo, Kudus, Didik Kuswadi, menyebutkan jeruk pamelo mutia memiliki keunggulan dibanding jeruk lokal lainnya. Selain bentuknya yang besar, seperti jeruk khas Bali, rasa jeruk pamelo mutia juga diklaim lebih manis.

“Selain itu, jeruk ini juga tidak ada bijinya. Jadi yang makan tidak perlu susah-susah membuah bijinya. Satu buah jeruk pamelo mutia di sini kami jual dengan harga yang jauh lebih murah daripada di tempat lain, yakni sekitar Rp40.000-50.000,” tutur Didik saat dijumpai Semarangpos.com di sela-sela festival, Sabtu.

Selain Kudus, Pemkab Boyolali juga menampilkan komoditas buah unggulannya, yakni pepaya kalina. Pepaya Kalina merupakan hasil persilangan pepaya lokal dengan Thailand yang disebut juga Pepaya MJ9.

“Disebut Pepaya MJ9 karena buah ini banyak terdapat di daerah Mojosongo, Boyolali. Pepaya ini beda dengan pepaya lain pada umumnya karena rasanya lebih manis dan buahnya tidak terlalu besar, sehingga bisa cepat habis jika dikonsumsi satu keluarga,” jelas Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Usaha Pertanian Kecamatan Ampel, Boyolali, Yanti.

Pepaya kalina (tengah) dari Boyolali turut dipamerkan dalam Festival Buah Jateng 2 di halaman depan Gedung Pemprov Jateng, Semarang, Sabtu (4/3/2017). (Imam Y.S./JIBI/Semarangpos.com)

Pepaya kalina (tengah) dari Boyolali turut dipamerkan dalam Festival Buah Jateng 2 di halaman depan Gedung Pemprov Jateng, Semarang, Sabtu (4/3/2017). (Imam Y.S./JIBI/Semarangpos.com)

Yanti menyebutkan selain rasanya yang lebih manis dibanding jenis pepaya lokal lain, harga pepaya kalina juga terbilang murah. Satu buah pepaya Kalina dihargai Rp15.000 di Festival Buah Jateng II 2017.

Selain Kudus dan Boyolali yang menampilkan komoditas pertanian dan perkebunan unggulan daerah, daerah lain juga tak mau ketinggalan. Mereka seakan-akan berlomba-lomba menyajikan buah unggulan daerah guna menarik minat pengunjung, seperti durian khas Gunungpati yang ditawarkan stan Pemkot Semarang dan nanas hasil perkebunan Desa Siwak, Kabupaten Purbalingga.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti, menyebutkan Festival Buah Jateng ini merupakan kali kedua digelar oleh Pemprov Jateng. Tujuan festival ini tak lain adalah untuk memamerkan hasil pertanian dan perkebunan di Jateng kepada masyarakat.

“Harapan kami dengan adanya festival semacam ini akan petani untuk lebih meningkatkan produksi pertaniannya, terutama buah-buahan. Selain itu, kami juga ingin mendorong masyarakat agar lebih sering mengonsumsi buah-buahan karena bagus bagi kesehatan,” terang Yuni.

Selain buah-buahan, dalam pameran ini juga dijual komoditas pertanian yang lain, seperti cabai rawit organik, maupun bawang merah dan bawang putih organik. Bahkan, cabai rawit yang dijual di festival itu harganya jauh lebih murah dibanding yang dijual di pasaran.

“Sekilogram cabai rawit merah di sini dijual sekitar Rp60.000/kg, padahal di pasar tradisional harganya sangat tinggi, yakni Rp130.000/kg. Begitu juga dengan harga bawang merah yang di pasar mencapai Rp80.000/kg, di sini kami jual sekitar Rp30.000/kg,” terang Yuni.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya