SOLOPOS.COM - Ilustrasi cuaca ekstrem. (Dok. JIBI/Solopos)

Pertanian di Jateng cukup terdampak dengan cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang tahun 2016 ini.

Semarangpos.com, SEMARANG – Buruknya cuaca yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah (Jateng) sepanjang tahun 2016 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertanian. Cuaca ekstrem itu membuat siklus masa panen petani menjadi terganggu, bahkan hingga menyebabkan kegagalan panen.

Promosi Keren! BRI Jadi Satu-Satunya Merek Indonesia di Daftar Brand Finance Global 500

Hal ini diungkapkan Kepala Seksi (Kasi) Observasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng, Reni Kraningtyas, saat dijumpai Semarangpos.com di sela-sela acara seminar perubahan iklim di Aston Hotel Semarang, Senin (31/10/2016) siang.

Reni mengungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan BMKG Jateng bersama dinas-dinas terkait dan akademisi di sejumlah perguruan tinggi di Jateng, hampir setiap petani di Jateng mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem yang ditandai curah hujan yang sangat tinggi.

”Curah hujan yang sangat tinggi itu tentunya sangat berdampak kepada petani. Apalagi dengan kondisi cuaca saat ini yang sering kita sebut kemarau basah. Saat musim panen yang seharusnya tidak membutuhkan curah hujan tinggi, justru hujan turun dengan intensitas tinggi. Cuaca semacam ini akhirnya tidak bisa dijadikan patokan petani untuk memanen padi maupun palawija. Akibatnya siklus panen pun jadi berantakan,” ujar Reni.

Maka dari itu, lebih lanjut Reni mengatakan pihaknya bersama dengan dinas-dinas terkait dan akademisi dari sejumlah perguruan tinggi di Jateng getol memperkenalkan program sekolah lapang iklim (SLI) kepada para petani di daerah-daerah. Hal ini dilakukan agar para petani memiliki kiat-kiat bercocok tanam saat cuaca ekstrem seperti saat ini.

Tips-tipsnya seperti yang tadi disebutkan [dalam seminar] seperti mengurangi penyemprotan pestisida bagi petani holtikultural dan palawija. Ada bainya pemberian pestisida juga diselingi dengan pupuk organik agar daya tahan tanaman jadi lebih kuat,” tutur Reni.

Sementara itu disinggung penyebab cuaca ekstrem yang melanda Jateng selama kurun 2016, Reni menyebutkan hal itu tak terlepas dari adanya fenomena La Nina. Fenomena La Nina inilah yang menyebabkan musim penghujan maju lebih awal dari perkiraan.

“Normalnya musim penghujan itu datang Oktober, tapi ternyata tahun ini datang lebih awal yakni pada September. Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu di mana saat 2015 lalu yang datang justru El Nino, yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang,” tutur Reni.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya