SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Pertumbuhan ekonomi 2015 menuai perhatian khusus Bank Indonesia. BI meminta pemerintah mencermati dan memperhatikan risiko inflasi agar tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi 

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

 

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Bank Indonesia (BI) meminta risiko inflasi harus terus dicermati oleh Pemerintah dan masyarakat sehingga tidak berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.

“Beberapa risiko yang perlu dicermati di antaranya kenaikan tarif listrik, kenaikan harga elpiji, dan faktor musiman,” kata Deputi Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY Ananda Pulungan seperti dikutip Antara, Jumat (2/1/2014).

Meski demikian untuk inflasi Januari, pihaknya memperkirakan akan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Menurutnya, inflasi yang disebabkan oleh administered prices atau kelompok barang yang harganya ditentukan oleh Pemerintah diperkirakan menurun.

“Ini didorong oleh kebijakan pemerintah terkait penurunan harga BBM. Sedangkan untuk inflasi volatile foods atau kelompok makanan juga diperkirakan akan menurun, sejalan dengan adanya tambahan pasokan yang diusahakan Pemerintah,” katanya.

Dari sisi permintaan atau inflasi inti, ekspektasi inflasi masyarakat juga diperkirakan menurun sebagai respon dari turunnya harga BBM. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga inflasi BI akan memperkuat koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terutama kaitannya memastikan distribusi kebutuhan masyarakat dalam kondisi lancar.

Sebelumnya, untuk inflasi bulan Desember lalu banyak dikontribusikan oleh kenaikan harga BBM. Inflasi Jawa Tengah tercatat sebesar 2,25% untuk periode bulan ke bulan atau 8,22 persen untuk periode tahunan.

Angka inflasi tersebut meningkat tajam dari inflasi November yang sebesar 1,36%. Angka ini juga jauh di atas inflasi periode sama di tahun sebelumnya yang sebesar 0,25% maupun rata-rata historis yang berkisar antara 0,2-0,4%.

“Kenaikan inflasi Desember lebih disebabkan oleh peningkatan inflasi administered prices dan inflasi volatile foods,” katanya.

Pada bulan Desember, inflasi administered prices tercatat sebesar 4,62% periode bulanan atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,57% periode bulanan. Secara tahunan, kelompok ini tercatat sebesar 15,37% atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,57%.

Melonjaknya inflasi administered prices merupakan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM bersubsidi di bulan sebelumnya, terlihat dari sumbangan inflasi komoditas bensin yang sebesar 0,54%. Sedangkan pada kelompok volatile foods, inflasi juga meningkat menjadi 4,44% periode bulanan di Desember 2014, setelah di bulan sebelumnya tercatat sebesar 2,67%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya