SOLOPOS.COM - Ilustrasi ajakan menghentikan bullying atau perundungan. (Freepik.com)

Solopos.com, BANYUMAS — Kasus perundungan siswa SMP di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) semakin menambah rentetan kasus bullying di lingkungan pendidikan di Indonesia.

Ternyata, banyak faktor yang menyebabkan bullying sering terjadi, mulai dari adanya ketidakseimbangan antara pelaku dan korban hingga sifat remaja yang haus validasi.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Pakar Psikolog dari RS Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro, mengatakan bullying kerap terjadi karena sifat anak-anak yang cenderung ingin eksis dan diakui oleh lingkungan sosialnya. Selain itu, perkembangan teknologi juga memengaruhi pola pikir dan pengambilan tindakan oleh para remaja.

“Remaja itu punya kecenderungan ingin diakui. Ingin menajadi jagoan. Mereka melakukan bullying kebanyakan tak sadar melakukan perbuatan salah. Nah, cara mereka untuk diakui, dihargai ini salah,” kata Probowatie kepada Solopos.com, Kamis (28/9/2023).

Selain itu, ketidakseimbangan antara pelaku dan korban juga menjadi penyebabnya. Bahkan, hal ini disinyalir menjadi penyebab bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban.

“Korban diejek karena kecil, miskin, penakut, hingga akhirnya diancam sehingga takut melapor. Sementar pelaku merasa bangga bisa melakukan itu [bullying]. Enggak sadar kalau tindakanya melawan hukum,” imbuhnya.

Probowatie pun mengamini bila kurang kuatnya pendidikan karakter pada anak. Apalagi, pertumbuhan karakter tidak hanya dipengaruhi oleh guru di sekolah, namun juga sosial dan orangtua (ortu)

“Maka ini perlu komitmen bersama. Komunukasi antarsekolah, anak, dan orangtua. Ortu kalau anaknya sudah sekolah seakan lepas tangan enggak mau tahu. Guru juga sama, harusnya saling komunikasi, bagaimana anaknya di sekolah atau di luar. Jadi saat ada perubahan perilaku, sama-sama tahu dan bisa mengantisipasi,” pintanya.

Lebih jauh, Probowatie juga menyarakan agar orangtua maupun guru memberikan kegiatan positif untuk menyalurkan emosi anak. Sehingga sang anak tak berpikir atau melakukan sesuatu yang mengarah ke tindakan melawan hukum.

“Emosi bisa disalurkan, cari wadah, lewat olahraga misalnya. Agar rasa ingin diakuinya itu juga tersalurkan juga,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, Kapolresta Cilacap, Kombes Pol Fannky Ani Sugiharto, mengungkapkan motif di balik aksi perundungan siswa SMP di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) yang viral di media sosial (medsos).

Menurut Kapolresta Cilacap, aksi perundungan itu dilatarbelakangi pengakuan korban sebagai anggota kelompok tertentu yang membuat pelaku tidak terima dan menganiaya korban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya