SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyumbangan darah oleh donor. (JIBI/Solopos/Dok.)
PMI Salatiga tidak memiliki alat pemisah darah sehingga unit transfusi darah (UTD) setempat tak bisa menghasilkan trombosit.
Semarangpos.com, SALATIGA — Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Salatiga sangat membutuhkan alat pemisah darah yang berfungsi memisahkan whole blood (WB) menjadi trombosit, plasma, maupun packet red cell (PRC). Dengan tidak adanya alat pemisah darah tersebut, darah dari para donor yang disumbangkan melalui PMI Salatiga tak bisa dipilah.
Padahal, sebagaimana diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Markas PMI Salatiga, Sarbini, permintaan trombosit di Kota Salatiga sebenarnya cukup tinggi. Permintaan itu biasanya berasal dari warga yang kerabatnya mengidap penyakit demam berdarah (DB).
“Karena tidak memiliki alat pemisah darah itu, praktis kami tidak mempunyai stok trombosit. Jadi biasanya kalau ada permintaan trombosit, kami rujuk ke PMI Semarang atau Solo,” tutur Sarbini saat dijumpai Semarangpos.com di Kantor PMI Salatiga, Senin (13/2/2017).
Sarbini mengaku sebenarnya kebutuhan akan alat pemisah darah itu sudah lama dikeluhkan kepada Pemkot Salatiga. Bahkan, pihaknya sudah mengajukan ke Pemkot agar mendapat dana hibah untuk membeli alat pemisah darah dari Jerman yang harganya mencapai ratusan juta. “Tapi enggak tahu. Sampai sekarang belum disetujui,” beber Sarbini.
Sarbini pun berharap kebutuhan akan alat pemisah darah bisa segera terpenuhi tahun 2017 ini juga. Hal itu karena kebutuhan trombosit yang berfungsi sebagai pembeku darah sangat mendesak. “Saat ini kami hanya memiliki stok darah A, B, O, dan AB. Untuk stok darah itu aman dan tersedia hingga 309 kantong,” beber Sarbini.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya