SOLOPOS.COM - Aiptu Gunawan Nugroho mengajar di madrasah diniyah di Dusun Ploso Gundi, Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Selasa (15/8/2023) sore. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Ada sesuatu yang spesial dari anggota Polres Kota Salatiga, Aiptu Gunawan Nugroho. Selain beetugas sebagai pelayan dan pengayom masyarakat, Gunawan ternyata memiliki perhatian lebih pada dunia pendidikan.

Ini dibuktikan dengan mendirikan madrasah diniyah atau sekolah berbasis agama Islam bersama warga lain. Namanya Madrasah Diniyah Sore Manshaul Huda.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Madrasah ini dimulai setiap hari mulai pukul 16.00 WIB. Hebatnya lagi,  siswa yang mengikuti pembelajaran di madrasah ini sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis. Malah, siswa yang berprestasi secara akademik akan mendapat hadiah.

Gunawan setiap hari bertugas sebagai Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Sidomukti, Polres Salatiga Jawa Tengah. “Kalau diniyah sore gratis. Ini baru berjalan lima bulan, siswanya sudah 80-an orang,” ujarnya saat ditemui di lokasi madrasah sore yang berada di Dusun Ploso Gundi, Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Selasa (15/8/2023) sore.

Gunawan membeberkan berdirinya madrasah sore tersebut berawal saat ia turut menjadi pengurus pengelolaan wakaf air bersih. “Jadi wilayah sini dikenal sulit air, apalagi kalau kemarau. Warga hanya mengandalkan air dari sendang atau sumber air yang jaraknya lumayan jauh,” jelasnya.

Kemudian oleh sesepuh desa  yang dikenal dengan sebutan Simbah Kiai Jawad dibentuk kepengurusan untuk mengelola air tersebut. Setelahnya, air menjadi lancar dan mulai dialirkan ke rumah warga, masjid, dan berbagai fasilitas umum.

Seiring berjalan waktu, kepengurusan tersebut disusun dalam organisasi Al Manhud. “Pengguna air sampai saat ini ada 340 rumah tangga dengan amal jariyah Rp1.000 per meter kubik,” ungkapnya.

Hasil dari pengelolaan air tersebut digunakan untuk operasional Madrasah Diniyah Sore Manshaul Huda. “Tapi sebelum itu [mendirikan madrasah], kami berembug bersama kiai, tokoh masyarakat, dan pemuda. Tujuan awalnya hanya agar anak-anak tidak keracunan zaman,” ungkapnya.

Tak Berakhlak

Gunawan mengakui prihatin dengan karakter anak zaman sekarang yang kurang mengerti adan dan akhlak. Dari situ muncul ide untuk memberikan bekal ilmu agama kepada anak-anak agar memiliki karakter yang baik. “Jadi itu adalah poin pendidikan di madrasah ini, selain tentunya belajar kitab,” kata dia.

Dengan mengikuti madrasah diniyah sore, Gunawan berharap kecanduan anak terhadap gawai dan handphone bisa dikurangi karena sibuk belajar agama. Mereka juga bisa terhindar dari pergaulan negatif dan aktivitas yang tak bermanfaat seperti menongkrong dan keluyuran.

Meski madrasah ini gratis untuk para siswa, para pengajarnya menerima bisyaroh atau honor setiap bulan. “Tidak banyak jumlahnya, hanya untuk ganti biaya transportasi. Para pengajar adalah lulusan dari berbagai pondok pesantren yang berkomitmen memajukan para anak-anak ini,” kata dia.

Meski ada kesibukan lain di kepengurusan wakaf air dan mengelola madrasah diniyah, Gunawan merasa hal itu tidak menganggu pekerjaan utamanya sebagai polisi. “Ini bahkan bisa dikatakan sinergi, karena tentu kepolisian berharap generasi penerus menjadi anak yang baik. Saya memotivasi mereka agar tidak menyerah mengejar cita-cita,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya